Penderita Lumpuh Bertahan Hidup Dari Hasil Mejual Canang

Klungkung ( Metrobali.com )-

Martin Luther King pernah mengatakan, “you are as strong as the weakest of the people” ( Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar kalau mayoritas masyarakatnya masih miskin dan lemah ). Maka untuk menjadi bangsa yang besar, mayoritas masyarakatnya tidak boleh hidup dalam kemiskinan dan lemah. Meskipun adanya program dari pemerintah seperti bantuan bedah rumah maupun bedah kap itu tidak mejamin hidup sipenerima, perlu juga diperhatikan kelangsungan hidup mereka. Seperti apa yang Metrobali temukan kalau kepala keluarga ini meskipun mendapatkan bedah kap namun hidup sehari-hari untuk keluarga hanya mengandalkan dari hasil mejual sarana upacara ( Canang ) yang tidak seberapa. Dia adalah Nengah Dana 58 warga Banjar Timrah, Desa Paksabali, Kecamatan Dawan Klungkung beristrikan Ni Nengah Suparmi 38.  Dari hasil perkawani pasutri ini dikarunia 2 anak putri yang masih kecil. Putri pasutri ini diberi nama Ni Putu Gita Andini 8 diduduk dibangku Sekolah Dasar kelas II dan Ni Kadek Ayu Ningsih 4.

Untuk menuju rumah keluarga Dana dengan berjalan kaki menuruni tangga yang tidak sempat dihitung. Tangga yang dilalui sejatinya menuju Tukad Unda dimana warga setempat memanfatkan untuk mandi dan mencuci. Ditemui di kediamannya Senin ( 20/10 ) sore keluarga ini terkejut begitu Metrobali menyapanya dan mempersilahkan duduk. Tampak Dana, Istri dan kedua anaknya asyik menjahit Canang, bahkan ada seorang nenek yang ternyata Ibu kandung Dana bernama Ni nyoman Badung 80 ikut terlibat menjahit Canang. ‘ Maaf pak kaki kiri Saya seperti ini tidak bisa kemana-mana, “ ujarnya sambil memperlihat kaki kirinya kurus tidak normal seperti kaki kanannya dimana pada lutut membengkak. Ia katakan kalau penyakit pada kaki kirinya diderita sejak umur 8 tahun hingga kini dan menurut Bidan yang menangani dibilang Folio. ‘ Klau kumat sakit sekali pak, terasa klenyo klenyot, ” ujarnya.

“ Tidak saja kaki suami saya lumpuh bahkan sekarang jari tangannya digerogoti penyakit yang dibilang Bidan penyakit Exim, “ ujar istri Dana ( Suparmi red ) menimpali. Diakui pula kalau bantuan Raskin sudah 6 bula tidak diterima, buka itu saja BLSM hanya sekali diterimanya. “ Raskin sudah 6 bulan saya tidak terima begitu juga BLSM hanya sekali itupun diterima bertahap hingga 3 kali, “ ucapnya.

Sementara untuk hasil menjual Canang menurut Dana sehari sekitar Rp 3.000,- dirasa tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari dengan menanggung keluarga bersama Ibu kandung. “ Mau ngomong apa lagi pak…saya anak kecil tidak tahu apa semua bantuan seperti raskin sekarang sduah tida saya terima bahkan BLSM putus, “ ujarnya pasrah. Diakui kalau dirinya mendapat bedah kap yang besarnya Rp 6 juta dan itu juga bertahap hingga dua kali diterima.

Dana sendiri mengaku akalu sebelumnya membuat minya kelapa ( Tanusan ) dimana ketika itu dirinya masih sahat bisa berjalan namun harus memakai tongkat. “ Madal saya habis pak tidak bisa melanjutka usaha itu, sekarang hanya bisa membuat Canang, “ ujarnya.

“ Saya prihatin melihat keadaan keluarga Dana tidak bisa berbuat banyak hanya mengandalkan hasil menjual Canang yang tidak seberapa hasilnya dengan menanggung istri, dua anak dan ibu kandungnya, “ ujar Nengah Regag 60 tetangga Dana yang ada diutara rumahnya. Regag sendiri adalah perjaka tua hidup sebatangkara dengan gubug seadanya. Namun regag tidak ambil pusing dengan bantuan dari pemerintah. Regag sendiri menempati tanah warisan orang tuanya seluas 40 are yang ditanami kelapa. Dari hasil perbulan menurutnya bisa mencapai 100 buah kelapa yang dijual per biji Rp 2 ribu. Dia berharap pemerintah setempat harus mengecek kembali bantua dari pemerinta agar tidak salah sasaran. Meskipun keluarga Dana sudah mendapatkan bedah kap perlu juga mendapat perhatian kelangsungan hidupnya. “ Saya kira perlu didata kembali bagi penerima bantuan seperti raskin dan BLSM agar tidak salah sasaran, “ ujarnya, Diduga kalau dibawah kenyataan ada yang hidup mewah mendapatkan Raskin dan BLSM, imbuhnya. SUS-MB