Prof Windia

Denpasar (Metrobali.com)-

Pemerhati bidang pertanian dari Universitas Udayana Denpasar Prof Wayan Windia mengingatkan para calon anggota legislatif yang terpilih untuk merealisasikan janjinya.

“Petani dan nelayan butuh perhatian ,” kata Kepala Pusat Penelitian Subak Unud itu di Denpasar, Senin (21/4).

Menurut dia, kemiskinan di Bali sebagian besar masih dialami oleh para petani dan nelayan karena sektor pertanian hanya mampu memberikan kontribusi terhadap pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB) hanya 18 persen. Padahal sektor pariwisata mencapai 70 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, masyarakat miskin di Bali hingga September 2013 mencapai 186.530 orang atau 4,49 persen dari jumlah penduduk Pulau Dewata, meningkat 24.020 orang atau 0,54 persen dibanding pada Maret 2013 tercatat 162.510 orang (3,96 persen).

Penduduk miskin di daerah perkotaan di Bali bertambah 8.790 orang dari 96.350 orang pada bulan Maret 2013 menjadi 105.140 orang pada September 2013.

Selain itu juga terjadi penambahan penduduk miskin di daerah pedesaan sebanyak 15.210 orang dari 66.170 orang pada Maret 2013 menjadi 81.380 orang pada September 2013.

Dengan demikian persentase penduduk miskin di daerah pedesaan dan perkotaan di Bali sama-sama mengalami kenaikan, yakni di daerah perkotaan pada periode Maret 2013 sebesar 3,90 persen naik menjadi 4,17 persen pada September 2013.

Demikian juga penduduk miskin di daerah pedesaan naik dari 4,04 persen pada Maret 2013 menjadi lima persen pada September 2013.

Windia mendesak wakil rakyat yang terpilih dalam Pemilu lalu dapat melakukan tekanan politik kepada pemerintah agar lebih memperhatikan sektor pertanian dan subak, karena kemiskinan paling banyak terjadi pada petani.

Organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali kini sangat terdesak oleh sistem pajak bumi dan bangunan (PBB) yang didasarkan atas lokasi atau nilai jual objek pajak (NJOK).

Sistem pajak yang demikian itu sangat menindas petani. Ia menanyakan kenapa dasar pajaknya adalah asset yang dimiliki petani, padahal kalau PNS, dasar pajaknya adalah gaji yang diterimanya. Apa pemerintah berkehendak agar petani menjual sawahnya, tanya Windia.

Untuk itu perjuangan wakil rakyat hasil Pemilu legislatif 9 April 2014 sangat penting dalam menyelamatkan sektor pertanian dan kelestarian subak di Pulau Dewata.

“Kalau sektor pertanian di Bali hancur, dan subak juga hancur, maka kebudayaan Bali juga akan goyah,” ujar Windia.

Gejala kehancuran sektor pertanian dan subak di Bali kini mulai terasa dengan adanya alih fungsi lahan. AN-MB