Yogyakarta (Metrobali.com)-

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta menilai belum banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang menyadari ketatnya persaingan yang akan dihadapi saat Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan 2015.

“Kami terus melakukan sosialisasi mengenai pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun depan. Namun, sepertinya masih banyak pelaku usaha yang belum bisa menyadari bagaimana persaingan yang akan mereka hadapi tahun depan,” kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Minggu (7/9).

Menurut dia, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Yogyakarta sebenarnya sudah diuji dengan pemberlakuan perdagangan bebas dengan Tiongkok atau “China ASEAN Free Trade Area” (CAFTA).

Dampak dari pemberlakukan CAFTA tersebut, lanjut Suyana, adalah melimpahnya produk-produk dari Tiongkok di pasar tradisional terbesar di Kota Yogyakarta, Beringharjo.

“Salah satu produk yang cukup banyak ditemui adalah tekstil batik yang harganya lebih murah sehingga bisa bersaing dengan produk batik lokal,” katanya.

Di dalam proses sosialisasi mengenai pemberlakuan MEA, kata Suyana, Disperindagkoptan Yogyakarta selalu menyebutkan hal tersebut sebagai contoh agar pelaku usaha menyadari persaingan yang akan dihadapi.

Suyana menyebut, pelaku usaha harus bisa meningkatkan daya saing jika ingin produknya bisa bersaing dengan produk dari luar negeri.

“Peningkatan daya saing tersebut hanya bisa dilakukan oleh pelaku itu sendiri, sedangkan pemerintah hanya sebatas memberikan dorongan dan fasilitasi,” katanya.

Sejumlah kemudahan yang bisa dinikmati pelaku usaha di antaranya adalah pengurusan PIRT secara gratis, percepatan perizinan, perbaikan transportasi, telekomunikasi hingga stimulan modal dan peralatan.

“Salah satu bantuan yang kami berikan adalah peralatan pemotong kulit sehingga memungkinkan pelaku usaha memotong dengan hasil potongan miring dan dalam jumlah banyak,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, Pemerintah Kota Yogyakarta sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah lain untuk penyediaan bahan baku. “Masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan bahan baku, seperti kulit ikan. Kami mulai kerja sama di bidang pengadaan bahan baku,” katanya.

Meskipun persaingan yang dihadapi akan cukup ketat, namun Suyana meyakini masih banyak produk lokal yang bisa bersaing dengan produk asing di antaranya fashion batik yang dibuat secara eksklusif.

“Pemerintah juga sudah berupaya untuk menyaring produk yang boleh masuk agar sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Kami pun mendorong pelaku usaha agar bisa menghasilkan produk dengan sesuai standar,” katanya. AN-MB