Ternak sapi masyarakat sembalun

Salah satu potret kemiskinan masyarakat Sembalun, Lombok.

Mataram (Metrobali.com)-

Terkaitan dengan dunia wisata memang sagat banyak jalankan pemerintah untuk memajukan parwisata daerah khususnya Parwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), memang sangat  gencar-gencarnya program pemerintah untuk memajukan daerah dalam rangka meguragi angka kemiskinan di NTB ini. Akan tetapi kenyataannya di lapangan malah kemiskinan semakin bertambah ini sebagai sorotan dari komisi II DPRD Provinsi NTB.

“Mengenai dampak pembagunan Parwisata masih lamban dijalankan Pemerintah Daerah karena kurang memberikan masyarakat seluas-luasnya untuk berkarya ditempat ia bermukim dan megais rizki ditempat itu, ini salah satu kurang kepeduliannya dari pemerintah daerah untuk  megurangi kesenjangan social serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat seperti diwilayah Sembalun itu”, ungkap TGH. Hazmi Hamzar, MH. Setelah megisi pegajian serta meresmikan SMP Maraqitt beserta Bupati Lombok Timur di Dusun Juret Buangka, Desa Lenek Baru, Kecamatan Aikmel, Lotim belum lama ini.

hazmi hamzar

TGH. Hazmi Hamzar, MH/MB

Tuanguru megatakan lagi, seharusnya dari Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan, dan yang terkait Dinas Parwisata turun langsung membina sentra-sentra kerajinan masyarakat Sembalun misalnya, supaya mereka bekerja secara profisional, dididik management yang bagus, supaya hasil yang memuaskan, seperti kain tenun didaerah Sembalun itu mutu tenunannya berkelas Internasional, ini sebagai kajian bersama.

TGH. Hazmi menerangkan “Bagaimana masyarakat pemuda Sembalun itu dilibatkan sebagai pegawas Taman Gunun Rinjani (TNGR) sebelumnya masing-masing kampung itu dilatih secara khusus, setelahnya dibuatkan SK , nantinya mereka bekerja lebih tertib dan terkontrol dijalankan, lagi ada kekuatan hukum untuk melawan apabila ada permasalahan yang akan datang pada saat ia bertugas disana”.

Jadi tujuannya adalah pengunjung lebih tertib apabila ada pegawasan dari masyarakat, banyak kejadian ditemukan terutama sekali para perempuan yang jadi korban. Apalagi mereka kita tahu bukan muhrim, satu kemah berduaan laki dan prempuan dimana dia anak sekolah atau universitas, ini perlu diatur kalau liburan dipisah yang laki sama laki begitu perempuan juga dipantau oleh masyarakat yang bertugas sebagai pemandu wisata TNGR, tuturnya.

Lainya, supaya ada peraturan secara moral dibuat Pemerintah Daerah  kepada masyarakat untuk dijalankan, persoalanya ini kesan negatifnya yang banyak dibandingkan nilai-nilai positifnya ditegah-tegah masyarakat orang yang berlibur ke Gunung Rinjani itu, bercerita pada saat berjumpa tuanguru kejamaahnya di Sembalun, selesai.HU-MB