Foto: Tokoh masyarakat Nusa Penida I Made Satria S.H., (baju merah) yang juga caleg terpilih DPRD Klungkung dapil Nusa Penida dari PDI Perjuangan saat ikut mengecek pilihan lokasi pembangunan PLTS Nusa Penida.

Klungkung (Metrobali.com)-

Tokoh masyarakat Nusa Penida I Made Satria S.H., yang juga caleg terpilih DPRD Klungkung dapil Nusa Penida dari PDI Perjuangan terus mendorong realisasi rencana pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Nusa Penida yang dicanangkan PT. PLN (Persero).

Ia pun terus ikut mengawal tiap tahap atau step by step dari rencana pembangunan PLTS yang kini memasuki tahap penentuan lokasi paling strategis dari berbagai pilihan yang ada

“Saat ini sedang dilakukan scoring (penilaian) atas tiga opsi lokasi. Saya ikut saat tim dari Jakarta sudah turun langsung mengecek pilihan lokasi PLTS ini,” ungkap Made Satria saat ditemui di Nusa Penida, Rabu (15/5/2019).

Pria asal Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida ini memaparkan sejauh ini ada tiga kemungkinan lokasi strategis yang diusulkan dan sudah masuk tahap penilaian. Yakni pertama Dusun Sental, Desa Ped yang dekat dengan pembangkit PLN Nusa Penida saat ini.

“Tempatnya cukup mudah diakses, dekat dengan PLN,” ujar Made Satria yang dipastikan lolos ke DPRD Klungkung dengan perolehan suara 3.946 pada Pileg 2019 ini.

Pilihan kedua, kata kakak dari tokoh masyarakat Nusa Penida dan pengusaha sukses Ketut “Leo” Wijaya ini, adalah di Desa Sekartaji. Memang agak jauh dari pembangkit yang sekarang. Tapi pertimbangan lainnya, kata Made Satria, keberadaan PLTS tidak dekat dengan rumah penduduk.

“Opsi yang ketiga kami sarankan di Desa Tanglad,” ungkap kakak ipar dari Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati S.E., caleg terpilih DPRD Bali dapil Klungkung dari PDI Perjuangan dengan suara tertinggi dapil Klungkung untuk DPRD Bali dengan yakni 24.097 suara. Dimana keduanya berkomitmen penuh ngayah membangun Nusa Penida dan Klungkung umumnya.

Ketiga lokasi ini semuanya sama-sama berpotensi menjadi lokasi pembangunan PLTS yang rencananya akan memiliki daya sebesar 6 megawatt (MW) ini.

“Tapi belum ada keputusan yang mana dipakai. Tinggal kita tunggu hasil analisis scoring mana yang paling besar nilainya maka itu yang akan dipilih,” ujarnya lantas menambahkan scoring penentuan lokasi harus sudah selesai pada bulan Juni 2019 ini.

PLTS Diharapkan Beroperasi Penuh 2020

Proyek pembangunan PLTS ini milik PLN tapi pengerjaannya dikerjasamakan dengan pihak ketiga dalam hal ini pemenang tender. Diharapkan tahun 2019 ini sudah ada penetapan lokasi yang pas lalu dilanjutkan studi kelayakan atau feasibility study (FS) dan tahapan lainnya.

Ketika semua itu rampung termasuk berbagai dokumen perizinan terkait maka pembangunan fisik PLTS ini bisa segera dimulai di Nusa Penida sebagai solusi atas krisis listrik yang kerap terjadi.

Made Satria pun berharap paling tidak pada pertengahan 2020 PLTS ini sudah bisa beroperasi sepenuhnya sehingga mampu meningkatkan keandalan jaringan listrik di pulau yang dianggap “telur emas Bali” ini agar tidak hidup mati alias “byar pet” seperti yang kerap terjadi.

Namun penentuan lokasi ini yang memang agak memakan waktu lama. Sebab segala macam aspeknya harus diperhitungkan dan dipersiapkan dengan matang.

“Ini agar tidak salah dan tidak mubazir,” kata pria berjiwa sosial tinggi itu dan bersama adiknya, Ketut Leo, sudah lama membantu pembangunan pura dan sumur bor di sejumlah wilayah di Nusa Penida.

Sedangkan kalau pembangunan fisik PLTS bisa dilakukan dengan cepat. “Maksimal hanya butuh waktu enam bulan sudah bisa selesai,” harap Made Satria .

“Kami dukung dan terus dorong pembangunan PLTS ini segera terwujud. Sebab keandalan listrik di Nusa Penida sangat lemah,” imbuh pria yang juga Ketua BBHA (Badan Bantuan Hukum & Advokasi ) DPC PDI Perjuangan Kabupaten Klungkung itu.

Tingkatkan Keandalan Listrik Agar Tidak “Byar Pet”

Selama ini akibat listrik di Nusa Penida yang seiring bermasalah dan “byar pet” tidak hanya warga yang dirugikan. Namun juga pelaku pariwisata di kawasan yang pariwisatanya baru bergeliat ini menjadi korban.

Tentu mereka akan menanggung kerugian finansial akibat operasional usahanya terganggu listrik mati. Termasuk banjir komplain atau keluhan dari wisatawan.

Jadi masalah listrik di Nusa Penida yang sering mati bisa mengancam dan membunuh perkembangan pariwisata yang baru mulai bergeliat.

“Ini PR besar pemerintah dan PLN. Semoga PLTS ini bisa jadi jawaban,” tutup Made Satria yang juga Ketua DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) Relawan RJ2P (Relawan Jokowi Dua Periode ) Provinsi Bali itu. (wid)