Denpasar (Metrobali.com)-

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya mengemukakan bahwa kekhawatiran warga Bali terhadap anjing yang berkeliaran di lingkungannya saat ini berlebihan sehingga berpengaruh pada persediaan vaksin antirabies.

“Akibat dari fobia atau kekhawatiran yang berlebihan terhadap anjing, maka sedikit-sedikit sudah minta vaksin. Dampaknya saat ini persediaan vaksin antirabies di RSUP Sanglah sudah habis. Bahkan ada warga yang hanya dijilat anjing peliharaannya sendiri juga minta vaksin,” kata Suarjaya di Denpasar, Sabtu (14/9).

Ia mengatakan pengalaman yang berhasil dikumpulkan di Kota Denpasar dan sekitarnya, ada warga yang main-main dengan anjing peliharaannya sendiri, lalu anjingnya itu menggigit, yang sebenarnya bukan menggigit tetapi hanya gemas atau sekadar mencengkeram jari atau pergelangan tangan tuannya.

Setelah itu si pemilik anjing langsung ke rumah sakit dan minta vaksin. Bahkan di beberapa perkampungan di Bali, hanya diplototin anjing, orangnya langsung ketakutan dan minta divaksin antirabies.

“Masyarakat seharusnya sudah tahu, bahwa anjing yang diajak canda adalah anjing peliharaan, anjing yang sudah divaksin, apalagi sudah dilakukan beberapa kali vaksin. Kami yakin bahwa virus tersebut negatif,” katanya.

Tetapi karena fobia tersebut, maka mereka terus minta vaksin. Kecuali kalau yang menggigit itu anjing liar atau anjing yang tidak terurus atau tidak bertuan.

Saat ini, kata dia, secara keseluruhan sampai dengan 13 September, jumlah vaksin antirabies di seluruh Bali tinggal 4.000 vial dan jumlah ini tersebar di seluruh RS dan puskesmas di Bali.

Sementara jumlah kasus gigitan rata-rata per hari mencapai 120 hingga 160 kasus. Dalam satu gigitan minimal harus divaksin empat kali berturut-turut.

“Anggap saja jumlah kasus gigitan 120 kasus per hari. Maka vaksin yang diperlukan yakni 120 kali empat yakni 480 kali vaksin. Itu baru 120, jika sampai 160 kasus maka akan dikalikan empat juga,” ujarnya.

Suarjaya lebih lanjut mengatakan Dinas Kesehatan Provinsi Bali ke depannya akan melakukan sosialisasi terhadap bahaya gigitan anjing yang berpotensi rabies. Tidak semua anjing itu mengandung rabies.

Untuk mengantisipasi ketiadaan vaksin antirabies tersebut, Pemprov Bali melalui Dinas Kesehatan telah mengusulkan anggaran Rp7,5 miliar melalui APBD Perubahan.

Sebelumnya anggaran untuk mengantisipasi virus rabies sebesar Rp8 miliar. Dari jumlah itu Provinsi Bali menanggung Rp4,5 miliar, sementara sisanya dibagi ke masing-masing kabupaten dan kota di Bali. AN-MB