Denpasar (Metrobali.com)-

Delegasi Bali Democracy Forum (BDF) dari Myanmar menyempatkan diri untuk belajar dan berdiskusi dengan DPD PDI Bali. Delegasi yang terdiri dari anggota DPR, jurnalis dan praktisi politik yang berjumlah 50 orang itu belajar tentang proses kaderisasi, kepemimpinan dan keterlibatan PDIP mendorong proses demokratisasi di Indonesia.

Delegasi BDF asal Myanmar tersebut datang dan berdialog langsung dengan para kader dan pengurus DPD PDIP Bali. Rombongan diterima langsung oleh Ketua Bidang Divisi Hukum dan Humas DPD PDIP Bali serta Ketua Departemen Hukum dan HAM DPP PDIP, AA Putri Astrid Kartika. Pertemuan berlangsung akrab dan dalam suasana persaudaraan.

Menariknya, dalan pertemuan tersebut, para delegasi dari Myanmar selalu mengikuti perkembangan demokrasi di Indonesia. “Mereka sangat mengenal dengan baik sosok Soekarno, Megawati, dan beberapa tokoh lainnya yang ikut mendirikan PDIP di Indonesia. Sosok Soekarno sangat dikagumi di Myanmar dan mereka sendiri sangat mengharapkan jika di Indonesia lahir Soekarno-Soekarno berikutnya,” ujar AA Astrid Putri Kartika, Sabtu 9 November 2013.

Hal ini berarti PDIP sudah dikenal di mancanegara, minimal beberapa negara di ASEAN atau Asia umumnya. Pengenalan Soekarno di beberapa negara Asean tersebut membuat PDIP bertekad untuk melebarkan sayapnya bukan hanya di dalam negeri melainkan ke luar negeri. “Saatnya PDIP go internasional, berkiprah di mancanegara dan tidak hanya meningkatkan suara di dalam negeri saja,” kata dia.

Selain menyebut para tokoh dan pendiri PDIP tersebut, para delegasi juga ternyata mengenal dengan baik beberapa kader PDIP saat ini. “Dan salah satunya yang sering dibahas di Myanmar adalah Gubernur DKI Joko Widodo. Mereka ternyata sudah sangat mengenal Jokowi dan seringkali menjadi bahan perbincangan dan inspirasi di Myanmar,” ujar Gung Putri. Jokowi sering dibahas karena kiprahnya memimpin DKI saat ini. 

Menurut mereka, Jokowi adalah sosok pemimpin yang tepat saat ini baik di DKI maupun di Indonesia secara umum. Sementara itu, meski belajar dari PDIP, namun delegasi Myanmar tidak memiliki agenda apapun untuk meminta dukungan politik kepada PDIP. “Mereka hanya sekedar ingin sharing saja. Tidak ada maksud meminta dukungan politik kepada PDIP dalam hal situasi politik dalam negerinya,” kata Sudiantara. JAK-MB