panusunan siregar (3)

Denpasar (Metrobali.com)-

Inflasi yang terjadi di Singaraja sebagai Ibu Kota Kabupaten Buleleng, Bali, pada bulan Februari 2015 sebesar 0,42 persen atau lebih tinggi daripada angka nasional yang hanya 0,36 persen.

“Inflasi yang cukup tinggi itu masih dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait harga bahan bakar minyak bersubsidi pada November 2014 hingga Januari 2015,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Senin (2/3).

Ia menjelaskan bahwa peningkatan harga ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 2,52 persen ditambah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,51 persen.

Sementara kelompok kesehatan 0,35 persen dan kelompok sandang 0,22 persen.

Untuk penurunan harga ditunjukkan oleh turunnya indeks kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan -2,93 persen.

Demikian pula kelompok bahan makanan -1,85 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga -0,06 persen. Kota Singaraja mengalami indeks harga konsumen (IHK) sebesar 125,24. Tingkat inflasi tahun kelender Februari 2015 sebesar -0,18 dan tingkat inflasi tahun kelender (Februari 2015 terhadap Februari 2014) sebesar 8,81 persen.

Panasunan Siregar menambahkan bahwa komoditas yang mengalami peningkatan harga selama bulan Februari 2015 antara lain kaca mata plus dan minus, tukang bukan mandor, kopi manis, bumbu masak, masak jadi, kopi bubuk, kecambah, wortel, apel dan kacang panjang.

Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 70 kota di antaranya mengalami deflasi dan 12 kota mengalami inflasi.

Deflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi (Sumatera Barat) 2,35 persen dan terendah di Jayapura (Papua) 0.04 persen.

Inflasi tertinggi terjadi di Tual (Maluku Tenggara) 3,20 persen dan terendah di Manokwari (Papua Barat) 0,04 persen.

Jika diurut dari kota yang mengalami inflasi tertinggi, maka Singaraja menempati urutan kelima dari 12 kota yang mengalami inflasi. AN-MB