Indonesia Jajaki Kerjasama Perikanan dengan Mozambik
Penandatanganan MoU tersebut dihadiri Direktur Kerja Sama Teknis Kementerian Luar Negeri, Mr. Sjarief Alatas, Sekretaris BRSDM, Dr. Maman Hermawan, M.Sc, Kepala Pusat Riset Perikanan, Dr. Toni Ruchimat, M.Sc. Selain itu, juga dihadiri Pejabat Mozambik, Mrs. Cláudia Tomás de Sousa, General Director of the Fisheries Administration, dan Ms. Elizete Antonio Cungura, Director of Promotion and Fisheries Production, National Institute of Fisheries and Aquaculture Development, Senior Advisor Tim USAID United State Indonesia Partnership for South-South and Triangular Cooperation Component 1 (USIP1), yang diselenggarakan pada tanggal 30 Oktober 2018 di Loka Riset Perikanan Tuna (LRPT).
Sjarief Widjaja kepada awak media mengungkapkan kerjasama deng Mozambik ini baru tahap penjajagan. Meningat Mozambik memiliki potensi dalam perikanan besar. “Kerjasama ini sangat penting sebagai wujud komitmen dalam pengembangan riset perikanan besar, ” kata Sharief Djajaja.
Kedua negara sepakat menjalin kerjasama bidang maritim, khususnya pelatihan dan pendidikan, konservasi, perdagangan produk perikanan, dan program sumber daya manusia (SDM) dalam penelitian dan industri perikanan terkait. Indonesia dan Mozambik juga sepakat meningkatkan pertukaran informasi dan kunjungan antara kedua negara.
Menurut Menteri Susi, Mozambik merupakan mitra dagang potensial bagi Indonesia mengingat posisi strategisnya yang berada di jalur lalu lintas perdagangan internasional. Sebaliknya, Mozambik butuh kerjasama teknik dan penguatan kapasitas dari Indonesia yang dinilai sudah cukup baik.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi meminta dukungan Mozambik untuk menjadikan Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUUF) sebagai kejahatan transnasional terorganisir (transnational organized crime). “Kita terus berusaha untuk memberantas IUU Fishing dari lautan Indonesia. Tentunya ini tidak akan berjalan lancar tanpa kerjasama negara-negara lain, terutama untuk mengawasi nelayan dari negaranya masing-masing. Betapa besar kerugian-kerugian negara akibat kejahatan illegal fishing yang terorganisir dan bersifat transnasional ini. Untuk itu, kepada Bapak Menteri kami meminta dukungannya agar IUU Fishing ini bisa menjadi Transnastional Organized Crime (TOC),” ungkap Menteri Susi.
Adapun Minister of Sea, Inland Waters, and Fisheries Mozambik, Agostinho Salvador Mondlane menyampaikan keinginan Mozambik melakukan kerjasama di bidang blue economy, fishing tuna, illegal fishing, mariculture, dan aquaculture. Selain itu Agostinho juga meminta adanya negosiasi atas Letter of Intent (LoI) kerjasama ini.
“Kami akan mengirim tim teknis untuk melakukan study visit ke Indonesia, mempelajari implementasi blue economy Indonesia, aquaculture, dan tuna fisheries, sekaligus untuk membahas kembali LoI kerjasama akhir bulan ini,” ujar Agostinho. Berdasarkan kesepakatan, rencananya study visit tersebut akan dilaksanakan pada akhir Maret tahun ini.
Di samping itu, Agostinho menyampaikan perlunya penjajakan kerjasama triangular untuk pembangunan kapasitas (capacity building) yang disambut secara terbuka oleh Menteri Susi Pudjiastuti. Dalam hal ini KKP akan menyediakan bantuan dalam bentuk expertise tetapi tidak termasuk pendanaan.
Sebagai informasi, Indonesia sudah melaksanakan beberapa pelatihan kelautan dan perikanan yang mengikutsertakan Mozambik, di antaranya International Training Program for African Countries on Marine Fisheries; International Training Program on Freshwater Aquaculture for Asian, Pacific, and African Countries; International Workshop on Community Based Freshwater Aquaculture for Asian, Pacific, and African Countries; dan International Training on Sustainable Fishery Product Development for African Countries. SUT-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.