Indikasi Kurang Sosialisasi JKN, Pemrov Sesalkan Satu Keluarga di Buleleng Bunuh Diri Masal
Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali Dewa Made Mahendra Putra
Denpasar, (Metrobali.com)-
Terkait satu keluarga di Buleleng yang bunuh diri akibat putus asa karena penyakit menahun yang diderita oleh ibu dan anaknya.
Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali Dewa Made Mahendra Putra menjelaskan, timnya akan turun ke Tejakula, Buleleng bersama tim reaksi cepat. Menurutnya, sebenarnya tidak ada warga yang putus asa karena sakit dan tidak berobat.
“Memang sebelumnya Bali memiliki program kesehatan gratis dalam Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Namun karena amanat UU, maka sejak Januari 2017 lalu, diintegrasikan ke JKN. Tidak ada alasan bagi warga untuk tidak berobat dengan alasan apa pun,” ujarnya di Denpasar Kamis (23/2).
Untuk itu timnya akan turun ke lapangan mengecek apa yang terjadi sebenarnya. Menurutnya, sekalipun sudah terintegrasi dengan JKN, Pemprov Bali masih tetap membayar iuran bagi warga yang bukan penerima bantuan iuran (PBI). Artinya, tidak ada warga Bali yang tercecer dalam penanganan kesehatan.
“Kita sudah bayar ke BPJS Rp 115 miliar. Jumlah ini diperuntukan bagi warga yang tidak masuk PBI, karena Pemprov Bali tetap menanggung warganya agar tercover JKN bagi yang bukan PBI,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kasus yang di Buleleng benar-benar mencoreng Bali karena ternyata masih ada warga Bali yang bunuh diri karena putus asa dengan penyakit menahun.
Apalagi salah satu keluarganya mengatakan, bahwa para korban tidak tahu bagaimana cara memberikan data administrasi peralihan dari JKBM ke JKN dan menyebabkan putus asa dan bunuh diri.
Menurutnya, sosialisasi dengan warga selama ini sudah sangat maksimal. Beberapa di antaranya, melalui baliho, media cetak, online, radio, televisi dan petugas yang terjun ke lapangan.
“Ini kenapa masih ada yang tidak tahu. Kita akan cek, peran kepala desa, kepala lingkungan, Ketua RT, dan aparat desa lainnya, kenapa ada warga yang tidak terdaftar sebagai peserta JKN,” ujarnya.
Apalagi penyakitnya hanya batuk, dan diduga hanya berupa tuberkulosis, yang sebenarnya sudah ditanggung pemerintah.
“Kita merasa hal ini tidak masuk akal, kenapa ada warga yang belum terintegrasi JKN, tetapi aparatnya diam saja,” ujarnya.
Seperti diberitakan, satu keluarga di Buleleng, putus asa lantaran ada salah seorang keluarganya yang kengidap satu penyakit yang diduga tuberkolosis (TBC).
Hal ini menyebabkan satu keluarga yakni Kadek Artaya (32/L), Kadek Suciani (27/P) dan kedua anak mereka masing-masing Putu Wahyu Adi Saputra (6/L) dan Kadek Dwi Cahya Putti (3/P) melakukan bunuh diri dengan menenggak racun serangga. Padahal yang mengidap penyakit menahun itu hanya isteri Kadek Suciani dan anak pertama Putu Wahyu Adi Saputra.SIA-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.