workshop hotel waribangDenpasar (Metrobali.com)-

Kota Pusaka merupakan sebuah istilah untuk mendefinisikan sebuah bentuk kota yang menempatkan penerapan kegiatan pelestarian pusaka (heritage) yang memiliki kekentalan sejarah sebagai strategi utama pengembangan sebuah kota. Oleh karena itu, Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan berbagai aset pusaka yang potensial untuk dikembangkan dan dilestarikan, maka perlu adanya suatu komitmen bersama baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam mengembangkan pusaka untuk pembangunan perkotaan yang ada pada daerahnya masing-masing, sehingga kota-kota pusaka tersebut dapat didaftarkan pada Daftar Pusaka Dunia UNESCO. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta pada acara Pembukaan Heritage International Workshop “Pusaka sebagai Aset Kebudayaan, Sosial dan Ekonomi”, bertempat di Hotel Werdhapura, Sanur, Denpasar pada Senin (09/05).

Dalam sambutannya, Pastika juga mengungkapkan beberapa aset pusaka di Indonesia yang terdaftar pada Daftar Pusaka Dunia UNESCO, diantaranya Candi Borobudur, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo dan Sistem Subak di Bali. Namun, dari daftar tersebut belum terdapat kota ataupun area dalam kota yang masuk dalam Daftar Pusaka Dunia UNESCO. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Gubernur Pastika sangat mendukung program dari Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum, yaitu Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP), dimana hasil implementasi nantinya adalah terbentuk Kota-Kota Pusaka di Indonesia termasuk di Bali. Oleh karena itu, Pastika berharap dalam pengembangan program ini, dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan baik antara pembangunan fisik, sosial dan ekonomi untuk menjamin keberlanjutan program tersebut.  Selain itu, Pastika juga mengapreasiasi dipilihnya Bali sebagai tempat penyelenggaraan International Workshop tersebut, mengingat selain sebagai wahana pembekalan kepada aparat pemerintah daerah, juga sebagai pembelajaran dalam mempersiapkan aset pusaka yang ada sehingga bisa masuk dalam Daftar Pusaka Dunia UNESCO.

Pada kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta juga mengapresiasi program P3KP yang memiliki tujuan sangat baik dimana pelestarian Kota Pusaka tidaklah semata-mata demi kepentingan ekonomi namun justru terkait dengan aspek sosial budaya karena melestarikan Kota Pusaka tersebut sama halnya dengan melestarikan warisan budaya sebagai jati diri. Keberhasilan dalam pelestarian budaya tersebut nantinya akan berdampak pada pergerakan ekonomi kota bila Kota Pusaka pada akhirnya dapat menjadi tujuan wisata.

Sementara itu Direktur Jenderal Cipta Karya Kementrian  Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Andreas Suhono, yang pada kesempatan tersebut diwakili oleh Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Dwityo A. Soeranto, mengungkapkan bahwa program P3KP dilaksanakan dengan menyusun kota warisan yang ada di Indonesia, yang merupakan kota yang memiliki bangunan cagar budaya dengan nilai yang signifikan untuk kota. Saat ini, terdapat 45 kota yang sudah menjadi anggota P3KP dan  dibagi menjadi empat kelompok regional di seluruh Indonesia, diantaranya Kota Denpasar yang ada di Bali.  Menurutnya dalam mengelola sebuah kota warisan memerlukan komitmen kuat, kolaborasi dan pemangku kepentingan di Indonesia. Oleh karenanya, Ia berharap acara Heritage International Workshop yang bekerjasama dengan Institut International untuk Studi Asia (IIAS), Leiden University dapat menjadi momentum yang positif untuk dapat duduk bersama, menyamakan persepsi, visi, tujuan dan sasaran program serta memetakan dan mengevaluasi kembali keefektifan program-program terkait Kota Pusaka sesuai dengan peraturan yang berlaku. Diharapkan akan ada rencana aksi yang lebih realistis dalam mengawal peningkatan kualitas pelestarian Kota Pusaka sehingga dapat mendorong terwujudnya cita-cita menjadi World Heritage City.

Acara workshop yang berlangsung selama empat hari (9-13 Mei 2016), akan diisi oleh beberapa narasumber yang berasal dari beberapa negara antara lain Cor Dijkgraaf dari Belanda, Ester van Steekelenburg dari Urban Discovery, Arsitel LLA Malaysia, Bernards Allens ( UNESCO), serta Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Kegiatan tersbeut juga turut mengundang peserta dari Kepala Dinas Pariwisata dan Kepala Bappeda dari 11 kabupaten/kota di Indonesia, ahli permukiman dari Nasional dan Internaional. Hadir pula dalam kesempatan tersbeut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali serta beberapa pimpinan dearah yang ada wilah Indonesia. AD-MB