Denpasar (Metrobali.com)-

Bentara Budaya Bali, Kamis, 18 Juli petang, mempersembahkan konserta musik etnik berbasis nayaga Bali, bertajuk    “An International Concert of New Misic for Gamelan – Nort to South”. Acara ini yang dikoordinasikan komposer ternama I Wayan Gede Yudane, menampilkan 5 group gamelan diantaranya; Wrdhi  Swaram-Denpasar, Gamelan Tanihwa Jaya dari Wellington, New Zealand,  Gamelan Gita Asmara, dari Vancouver, Canada dan Gamelan Salukat dari Ubud. Mereka berhasil menghadirkan warna yang berbeda dalam gubahan imajinasi yang dalam yang membuat  penonton terkagum hening

Koordinator Bentara Budaya Bali, Warih Wisatsana, dalam sambutannya mengatakan, acara yang amat langka ini diniatkan untuk meneguhkan sikap para seniman karawitan, para komposer, khususnya yang bertaut dengan seni gamelan agar warisan budaya ini memberikan keragaman citra yang tak terlepas dari rohnya sendiri. Kerjasama yang dijalin dengan komposer muda yang sudah melanglang buana,  I Wayan Gede Yudane ini, merupakan kegiatan penting bagi Bentara Bali dalam partisipasinya mengakselerasi perkembangan kesenian di Bali.

Konser etnik yang terbilang jarang ditampilkan ini, digagas sejumlah komposer yang sarat pengalaman diantaranya,  I Ketut S. Widianta, dengan karyanya Apak-apak dimainkan Kelompok Gamelan Werdhi Swaram. Sementara itu  group gamelan Tanihwa Jaya (Wellington, New Zealand) menampilkan karya Anton Killin dan Tristan Carter dengan karyanya From Shadows, Briar Prastiti dengan Delirious Euphoria Jason Erskine dengan karya Padhasapa, Gareth Farr dengan karaya Headrush. Komposer Michael Tenzer dengan garapannya Sphinx,  dibawakan sekehe gong Gita Asmara, Vancouver, Canada,  disertai penampilan penari dan koreografer Justine A Chamber. Dari Bali ditampilkan karya I Wayan Gede Yudane bertajuk Water yang ditabuh sekehe gamelan Wrdhi Swaram, Denpasar. Komposer asal Pengosekan Ubud, Dewa Ketut Alit juga menampilkan karya entiknya berjudul Genetik yang dimainkan Sekehe gamelan Salukat.

Bagi penikmat gamelan, barangkali konser ini merupakan atmospir baru untuk menemukan bentuk-bentuk notasi gamelan yang ragam. Ketekunan  para komposer dalam mendefinisikan ruang dan waktu dalam proses penciptaan tampak jelas dalam suara yang dihadirkan. Seperti mengalir dalam nada air, mereka sama sekali tak terpengaruh dengan model yang biasa yang dimainkan dalam gamelan yang jamak menghampiri  tenganya. Namun prinsip kemurnian gagasan dankemapanan  idealisme tampaknya menjadi kemuliaan dalam karyanya. DIKA-MB