Singaraja (Metrobali.com)-

Pasca dilantik pada Kamis (29/8),Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta mengawali kunjungan kerjanya di Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.  Kunjungan kerja dilakukan selama dua hari, Sabtu (31/8) hingga Minggu (1/9). Selain melakukan simakrama dan menginap di bedah rumah, Gubernur Mangku Pastika dan Wagub Sudikerta melakukan panen perdana Jeruk Keprok Tejakula di desa tersebut.
Panen perdana ini diharapkan menjadi awal kebangkitan Jeruk Keprok yang pernah berjaya di Tejakula pada era 1970-1980. Menurut catatan Dinas Pertanian Provinsi Bali, pada masa kejayaannya, Jeruk Keprok Tejakula tak hanya berjaya di pasar nasional, tapi mampu menembus pasar internasional. Serangan hama CVPD (Citrus Vean Phloem Degeneration) memusnahkan hampir seluruh tanaman jeruk keprok di kawasan Tejakula.
Belakangan, Jeruk Keprok Tejakula mulai dikembangkan di sejumlah sentra produksi antara lain Badung, Karangasem, dan Buleleng. Khusus untuk Buleleng, pengembangan Jeruk Keprok dilakukan di dua kecamatan yaitu Busungbiu dan Gerokgak. Jeruk keprok yang panen perdana di Desa Sanggalangit merupakan bantuan 2000 benih dari Pemprov Bali pada tahun
2009. Bantuan benih ini merupakan program perluasan areal jeruk keprok di Buleleng. Pada kunkernya kali ini, Gubernur kembali menyerahkan  bantuan 20 ribu benih Jeruk Keprok Tejakula untuk kawasan Busungbiu dan Gerokgak.
Setelah melakukan panen perdana,Gubernur menilai bahwa masih banyak hal yang harus disempurnakan dalam pengembangan Jeruk Keprok Tejakula. “Seperti yang kita lihat, kualitasnya masih perlu ditingkatkan,” imbuhnya.  Gubernur menilai, jeruk yang dihasilkan masih kurang menarik dari segi tampilan, rasanya belum manis dan kurang berair. Untuk peningkatan kualitas Jeruk Keprok Tejakula ini, Gubernur menilai perlu dilakukan penelitian lebih lanjut oleh ahli di bidangnya. Dengan sentuhan para ahli, dia berharap jeruk yang dihasilkan lebih kuning, besar dan manis rasanya. “Kita juga akan melakukan program pipanisasi untuk mengatasi masalah air yang mengakibatkan tekstur buah jeruk masih kurang berair,” imbuhnya. Ke depannya, Gubernur berharap pengembangan jeruk keprok ini mampu mendorong peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Lebih daripada itu, jeruk keprok ini bisa menjadi tuan rumah di daerah sendiri dan mampu bersaing dengan buah impor.
Peluang pengembangan Jeruk Keprok Tejakula di Sanggalangit memang cukup menjanjikan. Hal itu diakui oleh Luh Sumastring, wanita petani yang mulai merintis kebun Jeruk Keprok Tejakula sejak enam tahun lalu. Dengan mengembangkan 200 benih jeruk keprok, pendapatan yang diraih sebesar Rp. 45 juta tiap kali panen. Pendapatan ini menurutnya jauh lebih besar dibandingkan dengan  menanam padi atau palawija yang sebelumnya dia geluti. Lagipula, keterbatasan air menjadi kendala dalam pengembangan padi di wilayah tersebut. Ke depannya, dia berharap Jeruk Keprok Tejakula bisa kembali berjaya sehingga kesejahteraan petani terangkat.
Sesuai data statistik, populasi tanaman jeruk saat ini mencapai 5.249.853 pohon yang terdiri dari jeruk keprok dan siem. Dari total populasi tersebut, 566.721 pohon merupakan jenis Jeruk Keprok Tejakula yang dikembangkan di wilayah Buleleng. DA-MB