KBRF

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali saat ini mengalami krisis Sumber daya manusia (SDM) bidang penyiaran, baik untuk radio maupun televisi. Padahal di Bali cukup banyak perguruan tinggi yang memiliki fakultas ilmu social dan politik. Salah satu bukti adanya krisis SDM penyiaran di Bali adalah pengakuan dari para pemilik dan pengelola lembaga penyiaran, terutama radio yang kesulitan untuk mendapatkan karyawan. Walaupun mendapat SDM tetapi kemampuanya masih sangat terbatas. Bukti lain yang menjadi indicator bahwa Bali mengalami krisis SDM penyiaran adalah adanya system bajak karyawan antara satu lembaga penyiaran dengan lembaga penyiaran lainnya. “harus diakui krisis SDM penyiaran ini terjadi, lembaga penyiaran inginya SDM yang sudah jadi, sudah jago, tetapi yang tersedia terbatas” kata Komisioner Bidang Kelembagaan KPID Bali I Nengah Muliarta dalam keteranganya pada peluncuran album kompilasi feature beritas radio berjudul “Senandung Asa Anak-Anak Tukang Suun” oleh Kantor Berita Radio Feature Madyapadma yang merupakan rangkaian kegiatan Presslist 6 di SMUN 3 Denpasar pada Sabtu pagi (9/5/2015).

Akibat krisis SDM penyiaran tidak jarang lembaga penyiaran menerima penyiar yang asal bisa bicara dan terlihat cantik dilayar kaca. Buntutnya lembaga penyiaran juga akan membayar SDM tersebut dengan harga yang sangat rendah. Sebagai contoh, seorang penyiar radio saat bersiaran hanya dihargai dengan honor Rp. 6000 – Rp. 15.000 per-jam siar. Sedangkan untuk penyiar televisi terkadang hanya menerima Rp. 50.000 – Rp. 300.000 untuk sekali siaran. “bagaimana mau mendapatkan siaran sehat dan mendidik jika kondisi SDM penyiaran seperti ini, ujar mantan reporter VOA tersebut.

Menurut Muliarta, krisis SDM penyiaran di Bali bukan hanya dari segi jumlah, tetapi juga dari segi pengetahuan dan kemampuan. Buktinya masih cukup banyak SDM penyiaran yang tidak mengetahui tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SP). Padahal seharusnya seorang pekerja penyiaran setidaknya pernah membaca atau pernah mendapatkan pelatihan terkait P3 dan SPS. Sehingga sering dijumpai program siaran atau tayangan iklan yang tidak sesuai. Begitu juga terjadi kesalahan dalam penempatan program sesuai dengan jam tayang. Seperti program program pengobatan alternatif atau iklan obat kuat di jam menonton anak. Celakanya lagi iklan obat kuat dalam program yang di kemas khusus untuk anak-anak. “ini bukti bahwa pengetahuan dan kemampuan SDM penyiaran masih rendah” kata Muliarta.

Muliarta mengungkapkan sudah saatnya upaya peningkatan SDM baik dari segi kualitas dan kwantitas dilakukan. Lembaga penyiaran memiliki tugas penting untuk terus meningkatkan kwalitas SDM yang dimiliki, jika masih menganggap SDM adalah sumberdaya yang penting. Lembaga penyiaran juga harus mulai mewajibkan SDM-nya untuk mengikuti sertifikasi. Jangan sampai sebuah lembaga penyiaran seperti radio mengaku radio berita tetapi beritanya dari membaca berita Koran. “ini aneh dan lucu, radio sebagai lembaga penyiaran yang mengandalkan kecepatan informasi malah mengambil informasi dari Koran, lucunya lagi sumber berita tidak disebutkan” ucap Muliarta.

Terkait keberadaan Kantor Berita Radio Feature (KBRF), Muliarta berharap KBRF dapat menjadi tempat pendidikan bagi lahirnya kader-kader SDM penyiaran yang berkualitas. Termasuk menjadi contoh bagi upaya pengembangan SDM penyiaran di Bali. Peluang kerja di sector penyiaran saat ini sangat terbuka. Bekerja di penyiaran bukan hanya sebagai penyiar, masih banyak peran yang dapat diambil. Seperti bagian program atau bahkan tantangan sebagai seorang reporter. KBRF juga dapat menjadi mitra bagi KPID Bali dalam melakukan kegiatan literasi media melalui duta-duta penyiaran. Selain itu, kedepan KBRF diharapkan dapat menjadi contoh dalam pengembangan radio streaming di Bali.

Muliarta menambahkan dengan perkembangan teknologi, siaran dari lembaga penyiaran tidak hanya bisa dinikmati melalui alat penerima seperti TV dan radio. Siaran dari lembaga penyiaran juga sudah bisa diakses melalui streaming. Sehingga peluang untuk berdirinya lembaga penyiaran streaming sangat besar. Apalagi TV dan radio juga sudah bisa diakses melalui telepon genggam (HP). Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut, lembaga penyiaran juga sudah mulai berhitung dengan menyediakan program streaming. Mengingat potensi pengguna HP terus meningkat.

Sementara Ketua Presslist 6 SMUN 3 Denpasar Ni Made Denny Ambarwati menyampaikan peluncuran album kompilasi KBRF merupakan upaya untuk mengajak pendengar untuk mendengar aspirasi masyarakat melalui karya jurnalistik radio hasil karya jurnalis muda. Feature radio hasil karya jurnalis SMUN 3 Denpasar tidak hanya dapat didengar melalui radio streaming tetapi juga dapat dibeli dalam bentuk VCD dengan harga Rp. 25.000. “jika ada yang pingin mendengar secara online bisa klik www.soundcloud.com/madyapadmakbrf” kata Ambarwati.

Ambarwati menambahkan album kompilasi KBRF dibuat terindpirasi dari maraknya album lagu yang tersebar. Sehingga kemudian muncul pemikiran untuk mengkompilasi feature radio kedalam satu album. Jadi ada pilihan bagi masyarakat, bisa mendengarkan melalui online atau dengan membeli VCD.RED-MB