Jembrana (Metrobali.com)

 

Dewa Ayu Kade Saraswati (12), siswi SMPN 1 Mendoyo, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana ini harus bekerja diusianya yang masih belia.

Siswi kelas 1 (satu) dari Banjar Anyar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo bekerja sebagai buruh serabutan. Pekerjaan ini ia lakoni pasca orang tuanya, Dewa Putu Kompyang Sujana, Pemangku Pura Gua Tirta Rambutsiwi lumpuh akibat stroke sejak awal bulan Januari 2021 lalu.

Selain membantu meringankan beban kedua orang tuanya, dari penghasilannya itu juga ia gunakan untuk mencicil hand phone (HP). Pasalnya sejak pandemi, pembelajaran dilakukan dengan daring.

Sejak pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dimulai, ia baru bisa mulai bekerja sepulang sekolah, itupun dengan penghasilan Rp.20 ribu. Berbeda saat sebelum diberlakukan PTM terbatas, dimana ia bisa bekerja sehari penuh.

Bekerja sebagai buruh serabutan menurut Dewa Ayu berawal dari ajakan untuk ikut bekerja sebagai buruh bangunan. “Kebetulan ada yang mengajak. Awalnya berat, tapi lama-lama terbiasa” ujar Dewa Ayu didampingi ibunya, Ni Made Parwati, Sabtu (16/10/2021).

Setelah itu ia kemudian diajak bekerja sebagai buruh angkut tanah dan membantu warga lainnya untuk bersih-bersih. “Sekarang belajarnya ganjil genap, jadi saya bekerja sepulang sekolah dan setelah giliran daring” imbuhnya.

Dari penghasilannya itu, selain untuk membantu kebutuhan sehari-hari, juga untuk mencicil HP. “Saya tidak punya HP untuk belajar (daring), jadi saya kredit HP. Bayarnya nunggak (telat) beberapa kali. Kalau lagi tidak bayar, katanya HP nya mau ditarik” jelasnya.

Dewa Ayu berkeinginan tetap bisa sekolah sambil bekerja. Dan kelak juga bisa membahagiakan orang tuanya. Untuk membantu keluarga ini Yayasan Relawan Bali (YRB) menyerahkan bantuan sembako dan juga dana Rp.1 juta. (Komang Tole)