kuta  3

Jakarta (Metrobali.com)-

TripAdvisor®, situs perjalanan terbesar di dunia hari mengumumkan hasil dari edisi ketiga TripBarometer, survei mengenai akomodasi dan wisatawan terbesar di dunia¹. Penelitian yang dilakukan dua kali dalam setahun ini dilaksanakan atas nama TripAdvisor oleh firma penelitian independen Ipsos yang menyoroti negara, wilayah dan tren perjalanan dunia menurut lebih dari 61.000 wisatawan dan pengusaha perhotelan di seluruh dunia dengan 621 responden dari Indonesia. Selain mengungkap perubahan dalam rencana belanja konsumer dan pola perjalanan di seluruh  dunia, TripBarometer juga melaporkan perbedaan perilaku dalam perencanaan dan kebiasaan pemesanan dari wisatawan.

Hasil dari penelitian TripBarometer menunjukkan gambaran positif untuk industri perjalanan global – secara keseluruhan wisatawan merencanakan lebih banyak anggaran untuk liburan tahun 2014 dengan rata-rata anggaran pertahun meningkat dari US$5.955 tahun 2013 ke US$6.136 untuk tahun ini, peningkatan sebesar 3%. Wisatawan Indonesia adalah salah satu dari wisatawan dunia yang kemungkinan besar akan meningkatkan anggaran perjalanan untuk tahun ini. Rata-rata, wisatawan Indonesia berencana meningkatkan anggaran wisata sebesar 18% dari US$2.650 tahun 2013 ke US$3.121 tahun 2014 walaupun angka ini masih jauh dibandingkan rata-rata anggaran perjalanan global.

Selain itu, proporsi dari wisatawan yang merencanakan untuk lebih banyak berwisata meningkat hampir di semua pasar. Tahun ini 90% dari wisatawan dunia berencana untuk melakukan wisata domestik (naik dari 87% tahun 2013) dan 77% berencana untuk berwisata ke luar negeri, naik 12 % dibandingkan dengan 2013 (65%). Di Indonesia, 92% berencana untuk berwisata domestic (sama dengan tahun 2013) sementara 65% berencana berwisata keluar negeri (naik dari 55% di tahun 2013).

Anggaran meningkat tapi wisatawan masih mencari harga murah

Wisatawan Afrika Selatan berencana untuk meningkatkan anggaran perjalanan mereka paling besar tahun ini, naik 30% dari 2013, diikuti oleh wisatawan Indonesia, Australia dan Malaysia. Walaupun optimisme yang relatif rendah terhadap perekonomian (hanya 11% dari responden di dunia dan 29% dari responden Indonesia menghabiskan lebih banyak untuk perjalanan wisata karena mereka percaya terhadap perekonomian), para wisatawan tidak bersedia melupakan liburan mereka, dengan banyak pilihan untuk berburu harga murah dan mengorbankan hal-hal lain dalam hidup mereka demi anggaran perjalanan wisata.

Kecenderungan untuk melakukan lebih banyak penelitian untuk mendapatkan harga lebih murah semakin besar di kalangan wisatawan. Mayoritas wisatawan (dunia: 54%; Indonesia: 55%) mengatakan bahwa pilihan liburan mereka seringkali ditentukan oleh ketersediaan penawaran murah atau penawaran khusus. Bahkan, responden TripBarometer baik di dunia maupun di Indonesia mengatakan bahwa ‘harga’ (95%) dan ‘penawaran khusus’ (global: 44%; Indonesia: 63%) adalah faktor penting dalam mengambil keputusan dalam memesan akomodasi.

Penelitian tersebut mengungkap bahwa fluktuasi mata uang kemungkinan besar mempengaruhi rencana wisatawan Indonesia, dengan 83% mengindikasikan bahwa hal ini mempengaruhi rencana liburan mereka, dibandingkan dengan 44% di dunia. Walaupun demikian, mereka yang menerima dampak dari hal ini masih berencana untuk melakukan perjalanan; dari wisatawan yang mengatakan fluktuasi mata uang akan mempengaruhi mereka, 53% dari responden global dan 50% responden Indonesia akan mencari lebih banyak penawaran dengan harga terbaik.

Namun, pengusaha hotel dunia beranggapan bahwa review online lebih penting dibandingkan faktor harga dalam mempengaruhi keputusan pemesanan wisatawan. Demikian juga dengan pengusaha hotel Indonesia yang memandang review online (68%) memiliki dampak terbesar saat wisatawan melakukan pemesanan akomodasi, diikuti dengan harga (54%) dan rekomendasi dari teman dan keluarga (40%). Hasil–hasil ini menggambarkan bahwa walaupun pengusaha hotel tahu bahwa harga adalah faktor penting, mereka percaya bahwa tarif hotel dikombinasikan dengan reputasi online yang baik akan mempengaruhi keputusan pemesanan wisatawan.

Melihat 12 hingga 24 bulan ke depan, Eropa berada di posisi teratas sebagai tujuan wisata yang direncanakan wisatawan global (46%), diikuti oleh Asia (39%) dan Amerika Utara (32%). Australia dan Italia berada di posisi teratas sebagai tujuan wisata yang akan dipilih wisatawan jika mereka tidak harus mempertimbangkan anggaran. Jepang (27%) adalah tujuan wisata ‘impian’ bagi wisatawan Indonesia untuk 12 – 24 bulan ke depan, diikuti oleh Inggris (26%) dan Amerika (24%).

“Penjelajahan kembali ke dalam agenda tahun 2014, dengan lebih banyak wisatawan merencanakan perjalanan internasional tahun ini,” kata Marc Charron, President, TripAdvisor for Business. “TripBarometer menawarkan informasi mengenai kebutuhan dan perilaku konsumen di pasar perjalanan yang saat ini yang berubah cepat. Ini memberikan wawasan berharga untuk bisnis perhotelan dalam menarik konsumer baru. Wisatawan kini meningkatkan anggaran mereka, namun mereka mencari penawaran murah, berharap akomodasi pilihan mereka sesuai dengan nilainya. Penawaran khusus, fasilitas tambahan dan layanan baik akan jadi faktor-faktor penting dalam mempengaruhi tamu-tamu potensial.

Peningkatan dalam anggaran perjalanan dan perencanaan perjalanan dicerminkan dalam kepercayaan bisnis, dengan 70% dari pengusaha hotel dunia yang mengatakan bahwa mereka optimis dengan profitabilitas mereka di tahun depan (naik dari 67% di tahun 2013). Dibandingkan dengan rata-rata dunia, pengusaha hotel Indonesia nampaknya lebih positif, dengan 88% mengklaim bahwa mereka optimis dengan profitabilitas mereka di tahun depan (naik dari 86% tahun 2013). Lebih dari setengah (57%) pengusaha hotel Indonesia juga merencanakan untuk menaikkan tarif kamar dengan 62% mengatakan ini karena biaya tambahan yang meningkat.

Online dan offline saling mengisi untuk perencanaan perjalanan, tapi konten yang dihasilkan pengguna menguasai

Kebanyakan dari wisatawan dunia (65%) mulai merencanakan perjalanan mereka paling tidak tiga hingga empat bulan sebelum mereka pergi, dengan hanya di bawah sepertiga (32%) berharap untuk memesan sebulan sebelum perjalanan mereka. Sebaliknya, sebagian besar dari pengusaha hotel global (65%) memperkirakan bahwa kebanyakan dari pemesanan mereka dilakukan dalam empat minggu sebelum tanggal kedatangan tamu, dengan waktu yang sedikit lebih lama untuk resort.

Wisatawan dari Asia kemungkinan besar memesan akomodasi mereka disaat-saat terakhir, dengan 23% memesan hingga 2 minggu sebelum perjalanan, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 16%. Wisatawan Indonesia adalah yang paling sedikit yang merencanakan liburan mereka dengan hampir sepertiga (31%) melakukan pemesanan akomodasi hingga dua minggu sebelum perjalanan.

Dalam perencanaan perjalanan, online mendominasi dengan 98% wisatawan di dunia menggunakan sumber daya online – 74% responden global menyebutkan ‘TripAdvisor’ sebagai sumber online yang paling umum digunakan sebagai inspirasi saat melakukan riset dan merencanakan liburan, diikuti oleh ‘konten yang dihasilkan oleh wisatawan dalam situs web perjalanan’ (53%). Namun, online dan offline saling melengkapi. Wisatawan melaporkan bahwa mereka suka menggunakan kedua sumber daya untuk merencanakan perjalanan mereka, dengan 87% juga menggunakan media offline, termasuk rekomendasi mulut ke mulut (55%) dan buku panduan perjalanan (45%).

 Pemesanan melalui perangkat mobile meningkat di Asia, tapi penyerapan global masih lambat

Di seluruh dunia, wisatawan ‘lengket’ dengan perangkat mobile mereka, mayoritas mengatakan kalau mereka menggunakan ponsel cerdas mereka selama berlibur (dunia: 91%; Indonesia: 97%). Satu dari tiga wisatawan menggunakan ponsel cerdas mereka untuk menemukan hal-hal yang bisa dilakukan (dunia: 37%; Indonesia: 37%), dan lebih dari seperempat untuk mencari hotel (dunia: 27%; Indonesia: 30%). Walaupun ada peningkatan dalam jumlah wisatawan yang menggunakan perangkat mobile untuk melakukan perencanaan dan penelitian, tren ini masih belum berlaku untuk melakukan pemesanan.

Dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 66%, lebih sedikit wisatawan Indonesia memesan perjalanan mereka melalui online (45%). Untuk mereka yang memesan perjalanan liburan terakhir mereka secara online, 3 dari 10 menyatakan ‘harga yang lebih baik’ sebagai alasan memilih metode pemesanan ini (dunia: 31%; Indonesia: 28%). 39% wisatawan Indonesia memesan secara offline, bandingkankan dengan 24% dari wisatawan dunia. Saat pemesanan online umum dilakukan, pemesanan melalui perangkat mobile juga berkembang secara perlahan. Hanya 4% dari wisatawan dunia memesan akomodasi untuk perjalanan terakhir mereka melalui perangkat mobile; namun Tiongkok memimpin dengan 10% yang melakukan pemesanan melalui perangkat mobile, diikuti dengan Thailand (9%), dan Indonesia (7%) kemudian Malaysia (7%). Perilaku ini menunjukkan ‘lompatan’ dari offline ke channel mobile di pasar-pasar Asia.

3 dari 4 (76%) pengusaha hotel dunia dan 8 dari 10 (82%) pengusaha hotel Indonesia sudah memiliki penawaran mobile untuk wisatawan, dan mereka yang tidak memilikinya, 50% dari pengusaha hotel dunia dan 55% pengusaha hotel Indonesia, berencana untuk  memperkenalkan penawaran mobile tahun 2014.  Lebih dari setengah (51%) pengusaha hotel Indonesia saat ini memungkinkan tamu untuk memesan kamar melalui situs web mereka melalui perangkat mobile dan 39% memiliki situs web yang ramah untuk pengguna perangkat mobile. Walaupun sepertinya industri perhotelan disiapkan untuk pergeseran menuju pemesanan melalui perangkat mobile untuk wisatawan, masih ada pemutus.

“Ketika pentingnya perangkat mobile diterima oleh industri perjalanan dan dibuktikan oleh meningkatnya jumlah wisatawan yang menggunakan smartphone mereka saat berada di tujuan wisata, masih ada kesempatan besar dalam pemesanan,” kata Barbara Messing, CMO, TripAdvisor. “Hotel tengah bersiap untuk menyambut pemesanan melalui perangkat mobile dan wisatawan sudah mencari hotel di ponsel mereka – langkah selanjutnya adalah memfasilisasi proses pemesanan melalui perangkat mobile untuk menjangkau lebih banyak orang dalam perjalanan.”

Hartono/TripAdvisor®