bandara-buleleng_3

Denpasar, (Metrobali.com) -‎

Jika tak ada aral melintang, tahun depan Bali memiliki satu lagi bandara bertaraf internasional yang terletak di kawasan Buleleng. Made Mangku perwakilan dari PT Bibu Bandara Internasional Bali Utara menjelaskan, jika seluruh persyaratan mulai dari AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)‎ kelar sesuai jadwal, maka pembangunan bandara yang menelan dana Rp50 triliun itu bisa berjalan.

Made Mangku mengaku telah mempresentasikan kepada Gubernur Made Mangku Pastika mengenai bandara di Bali utara tersebut. ‎Rencana pembangunan, feasibility study (FS), sisi teknis hingga dukungan dana triliunan rupiah dari pihak investor asal Kanada telah ia presentasikan.
Made Mangku sendiri mengaku telah mendapat lampu hijau dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mulai izin trafik hingga penentuan lokasi yang menelan lahan seluas 150 hektar itu.
“Sesuai perencanaan, pembangunan power plan luasnya mencapai 150 hektar,” kata Mangku saat memberi keterangan resmi di Denpasar, Rabu 28 September 2016.
Secara garis besar, ada beberapa tahapan perencanaan pembangunan bandara tersebut yang dimulai power plan, aero city yang menghabiskan lahan hingga 600 hektar.

Nantinya, di lokasi aero city akan ada sekolah, bandara, rumah sakit dan mal dan segala hal berkaitan dengan rekreasi.

“Tahap kedua, pembangunan run way yang terpisah antara run way keberangkatan dan kedatangan, juga dibangun terminal domestik dan internasional,” sambung Mangku.

Selain itu, dalam perencanaan akan ada terminal tersendiri untuk kargo. Jadi, ada semacam blog khusus untuk terminal kargo.

“Tahap keempat yakni pembangunan dermaga marina yang berdampingan dengan airport,” sebut Mangku yang juga pegiat lingkungan itu.

Diakuinya, belum kelarnya persyaratan sesuai aturan yang harus diikuti membuat rencana pembangunan bandara tersebut terkesan lama.

“Ya, kami harus ikuti proses termasuk dalam penentuan lokasi, tidak segampang itu Kemenhub memberikan izin karena ini pembangunan dalam skala cukup besar,” tandas Mangku.

Apalagi, trafik penerbangan di laut utara Pulau Jawa terbilang padat atau krodit.

“Syukurlah, minggu lalu kami sudah mendapatkan koridor 11 dan 14. Artinya, jika ada penerbangan dari barat kita dapatkan izin terbang dari selatan Jawa, kemudian setelah di tengah jalan rute yakni di daerah Pasuruan baru bisa bergerak ke arah Buleleng (Bali Utara),” tuturnya.

Dalam perkembangannya, karena pihak PT Bibu diminta mengajukan izin baru ke Pemerintah Provinsi Bali untuk memastikan bahwa pembangunan bandara itu tidak akan memakai atau menggunakan jalan darat.

“Kami sudah ajukan izin ke Pemprov Bali. Mudah-mudahan dengan komitmen pembangunan ini untuk kepentingan Bali ke depan, izin bisa secepatnya turun, sehingga tahapan perencanaan selanjutnya bisa dilanjutkan,” harapnya.

DI pihak lain, Mangku juga memastikan seluruh pembangunan bandara akan lebih banyak di laut, sehingga akan dilakukan reklamasi, di mana pengerjaanya oleh group PT Bibu.

“Kami tegaskan reklamasi ini tidak akan membebaskan tanah masyarakat,” tandasnya.

Disinggung soal lokasi, pihaknya sudah mengajukan tujuh titik berlokasi di Buleleng Timur lebih tepatnya di Kecamatam Kubutambahan.

Setelah di Kemenhub, akhirnya dari tujuh lokasi yang diajukan itu diperkecil lagi menjadi tiga titik.

Sebagai bukti keseriusan pembangunan bandara itu, Mangku mengutip penjelasan dari investor asal Kanada disebut-sebut pembangunan bandara itu menelan dana hingga Rp50 Triliun lebih.

“100 persen investor siap dan investasi seluruhnya RP50 triliun untuk infrastruktur dan lainnya. Pembangunan bandara itu diperkirakan membutuhkan waktu pengerjaan maksimal 15 tahun,” demikian Made Mangku. (Laporan Bobby Andalan)