Yayasan Hanacaraka Gelar Seminar : Masyarakat Bali Sangat Menghargai Perempuan
Klungkung (Metrobali.com)-
Jiwa kepahlawanan yang di wariskan Ide I Dewa Agung Istri Kanya patut diteladani warga Klungkung bahkan Bali sekarang ini. Namun sayang nilai nilai perjuangan Raja Klungkung yang juga jendral Perang pada Perang Kusamba tersebut kurang dikenal dan mengakar bagi kalangan muda sekarang ini. Untuk itu Yayasan Hanacaraka Klungkung di bawah pinpinan Cokorda Bagus Oka menilai perlu memperkenalkan sekaligus menggali nilai nilai Kepahlawanan yang di wariskan wanita yang berhasil membunuh Jenderal Belanda dalam Perang Kusamba tersebut.
Seminar dilaksankan Jumat 25/5 bertempat di Puri Agung Klungkung Kegiatan seminar ini dimulai sekitar pukul 10.00 wita dan dibuka oleh Ide Dalem Semaraputra dan diikuti oleh sekitar ratusan peserta dari beberapa kalangan termasuk Anggota DPRD Klungkung,beberapa tokoh Muslim Klungkung,Kadisbudpar Drs wayan Sujana,Prof Suryani,Ida Ayu Kondi yang juga sebaga Presiden Derektur BIWC, ,Kapolsek Klungkung Kompol Ketut Suarta. Sebagai pembicara cok Istri Putra Astiti MS dan Dra Cok Istri Suryawati,MSi.
Sementara Ketua Yayasan Hanacaraka Klungkung ( Wahana Cipta Warisan Kebudayaan red) Cok Bagus Oka dalam paparannya selaku panitia maksud seminar diadakan adalah untuk mengangkat nilai nilai perjuangan wanita Bali Ide Dwagung Istri Kanya sebagai seorang jendral perang sekaligus sebagai seorang raja. Kegiatan ini akan dilakukan setiap tahun. Kali ini seminar Perang Kusamba dilaksanakan sebagai peringatan HUT LSM Hanacaraka dan memperingati terjadinya perang
Kusamba. Pihaknya Juga menggelar pertunjukan Calon narang dengan maksud untuk membangkitkan taksu bumi serombotan. “Rencanaya setiap bulan purnama akan digelar pertunjukan wayang klir,didepan Puri Klungkung Selaian itu juga akan di gelar beberapa pertunjukan band, ujar Cok Bagus.
Sementara itu menurut Cok Bagus, selaian Puputan Klungkung, Perang kusamba juga tidak kalah eroik. Banyak nilai yang bias digali dari perang ini. Bahkan menurut Cok Bagus Perang Kusamba adalah salah satu tonggak sejarah nasional untuk melawan penjajah.
Sementara salah satu pembicara Cok istri Suryawati MSi yang sehari harinya sebagai pendiri pusat kajian wanita tahun 2000. Yang bersangkutan juga aktif dalam bidang pemberdayaan perempuan. Selaian itu Juga pernah menerima penghargaan tokoh perempuan berprestasi Indonesia.
Cok Istri juga sebagai peneliti dibalai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bali,NTB,NTT dan Pernah menerbitkan buku Srikandi Bali Ide Idewa Agung Istri Kanya. Cok Istri juga menilai kalau Istri Kanya adalah strategi perang yang ulung yang pernah lahir di Bali patut diteladani. Ini karena sifat yang tidak kenal menyerah dan tangguh. Ini juga menunjukan kalau perempuan Bali juga berperan besar dalam strategi perang, menguasai diginisi perang dan strategi serta paham dan mahir dalam memainkan senjata.
Untuk itu dibutuhkan kecerdasan sebagai seorang wanita. Disana juga diakui kalau Istri Kanya punya strategi jitu dengan memancing serdadu Belanda dengan tembakan dengan situasi yang gelap. Hal ini ternyata berhasil dan membuat serdadu belanda panik.
Dia menyayangkan sampai saat ini perhatian pemerintah dan masyarakat sangat kurang terhadap perempuan bali.Bahkan seolah olah sangat kurang. Kesannya perempuan Bali datang muncul dan tenggelam. Melihat betapa sulitnya pejuang perempuan Bali untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah.
Alasannya karena pengaruh lokal.Padahal menurutnya ketika melawan Belanda perang yang bersifat nasional karenanya mendapatkan penghargaan Narikusuma. Pembicara berikutnya Cok Sapitri selama ini ada kesalahan gender dengan membandingkan jenis kelamin dan gender.
“Kalau jenis kelamin itu merupakan konstruksi Tuhan sejenis kodrat. Kalu gender itu knstruksi social,”ujarnya. Kalau gender itu juga berdasarkan daerah misalnya perempaun di bali tentu tidak sama dengan perempuan diluar bali. Gender itu tidak semata mata perempuan,”tambahnya. Makanya dirinya memuji Yayasan Hanacaraka yang mendatangkan peserta baik laki laki maupun perempuan.Hanya saja menurutnya Setiap ada pembicaraan tentang gender selalu hadir kaum pertempuan hal itulah menurutnya salah. Berdasarkan gender kalau yang memberi susu kepada bayi siapapun boleh baik perempuan maupun laki laki.
Sementara dari peserta yang hadir sebagian besar apresiasi terhadap pelaksanaan seminar tersebut. Dari kaukus perempuan Indonesia menghapresiasi peserta seminar namun dirinya menyayangkan diantara peserta kebanyakan yang sudah usia lanjut sedikit dari kalangan anak muda yang hadir.
Sementara itu Prof Luh Ketut Suryani mempertanyakan bagaimana caranya memperjuangkan Ide Idewa Agung istri Kanya sebagai pejuang. Yang terpenting menurutnya bagaimana menempatkannya dihati masyarakat Bali. Terkait dengan gender sebenarnya masyarakat sudah sangat menghargai perempuan. Tetapi sedihnya ternyata perjuangan perempuan Bali saat ini masih berjuang sebagai wanita kelas terpinggirkan. “Jika masih sifat sifat seperti itu yang dimiliki perempaun Bali perjuanagn tidak akan berhasil,”ungkapnya. SUS-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.