Foto: kretaris Wilayah DPW Partai NasDem Bali, Nyoman Winatha, yang juga seorang praktisi pariwisata, mendorong pemerintah lebih gencar mempromosikan daerah dan destinasi wisata di lular Bali Selatan.

Denpasar ( Metrobali.com)-

Pandangan overtourism di Bali telah menjadi sorotan media internasional, namun Sekretaris Wilayah DPW Partai NasDem Bali, Nyoman Winatha, yang juga seorang praktisi pariwisata, menegaskan bahwa masalah utama yang dihadapi Bali bukanlah ledakan jumlah wisatawan, melainkan ketidakseimbangan dalam sebaran wisatawan di berbagai wilayah di Bali.

Pemerataan Pariwisata: Kunci Menyeimbangkan Bali

Winatha menyoroti bahwa selama ini kunjungan wisatawan mancanegara lebih terkonsentrasi di Bali Selatan, mencakup wilayah seperti Badung, Denpasar, dan Gianyar. Akibatnya, daerah-daerah ini mengalami kemacetan dan berbagai masalah infrastruktur. Sementara itu, daerah lain seperti Karangasem, Klungkung, Bangli, dan Buleleng masih relatif sepi dari kunjungan wisatawan.

“Kita harus mulai mempromosikan daerah-daerah lain yang memiliki potensi wisata besar namun kurang dikenal oleh wisatawan. Wilayah seperti Karangasem, Klungkung, Bangli, dan Buleleng memiliki keindahan alam dan budaya yang tak kalah menarik. Jika kita bisa menyebar kunjungan wisatawan ke wilayah-wilayah ini, kita tidak hanya mengurangi beban di Bali Selatan, tapi juga mengangkat ekonomi daerah-daerah tersebut,” ujar Winatha.

Infrastruktur: Fondasi Pemerataan Pariwisata

Pentingnya pembangunan infrastruktur yang merata juga menjadi sorotan Winatha. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur seperti jalan, transportasi umum, dan fasilitas wisata di seluruh Bali sangat penting untuk memastikan pemerataan pariwisata. Salah satu langkah konkret yang dia usulkan adalah percepatan pembangunan LRT dan jalan lingkar di Bali Selatan untuk mengurai kemacetan dan meningkatkan kenyamanan wisatawan.

“Selain mengurangi kesan overtourism di Bali Selatan, infrastruktur yang memadai di seluruh Bali akan memungkinkan wisatawan menjelajahi seluruh pulau dengan lebih nyaman. Ini akan memberikan pengalaman yang lebih berkualitas bagi wisatawan dan juga meningkatkan pendapatan daerah lainnya di Bali,” tambah Winatha.

Dampak Negatif Konsentrasi Wisata di Bali Selatan

Konsentrasi wisatawan di Bali Selatan membawa berbagai dampak negatif. Kemacetan lalu lintas yang parah, penurunan kualitas lingkungan, hingga tekanan pada sumber daya lokal seperti air dan listrik menjadi masalah yang semakin mendesak. Selain itu, pemberitaan negatif terkait kondisi pariwisata di Bali Selatan dapat merusak citra keseluruhan Bali sebagai destinasi wisata.

“Dampak negatif ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat setempat tetapi juga oleh wisatawan yang mencari pengalaman liburan yang nyaman dan berkualitas. Jika masalah ini terus berlanjut, kita bisa kehilangan daya tarik kita sebagai destinasi wisata utama,” jelas Winatha.

Solusi dan Pendekatan Pariwisata yang Relevan

Untuk mengatasi masalah ini, Winatha mengusulkan beberapa solusi yang diharapkan bisa dilakukan oleh pemerintah dan juga mendapatkan dukungan dari seluruh stakeholder pariwisata Bali.

Promosi Destinasi Alternatif

Pemerintah dan pelaku pariwisata perlu bekerja sama dalam mempromosikan destinasi wisata di luar Bali Selatan. Melalui kampanye pemasaran yang terarah dan paket wisata yang menarik, wisatawan bisa diarahkan untuk mengunjungi wilayah-wilayah lain di Bali.

Peningkatan Infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah kurang berkembang untuk memastikan akses yang mudah dan nyaman bagi wisatawan. Pembangunan LRT dan jalan lingkar di Bali Selatan juga penting untuk mengatasi kemacetan.

Penerapan Prinsip Pariwisata Berkelanjutan

Mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang menekankan pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Ini akan membantu menjaga keseimbangan antara jumlah wisatawan dan kapasitas lingkungan.

Teori pariwisata seperti Doxey’s Irridex Model bisa digunakan untuk menganalisis reaksi penduduk terhadap meningkatnya jumlah wisatawan dan dampaknya pada kualitas hidup mereka. Pada tahap euphoria, penduduk lokal menyambut wisatawan dengan tangan terbuka, tetapi seiring bertambahnya jumlah wisatawan, mereka mungkin mencapai tahap apathy atau bahkan annoyance jika tekanan terlalu besar.

Dalam konteks pembangunan, teori Rostow tentang tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dapat diterapkan untuk memahami pentingnya infrastruktur dalam mendukung pertumbuhan sektor pariwisata. Infrastruktur yang memadai memungkinkan pergerakan dan distribusi yang lebih baik dari wisatawan, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

Winatha menegaskan, “Kita harus bergerak cepat dan tepat untuk mengatasi masalah ini. Pemerataan pariwisata bukan hanya tentang mengurangi beban di Bali Selatan, tapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan pengalaman wisatawan di seluruh Bali.”

Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan Bali bisa menjaga keindahan dan daya tariknya sebagai destinasi wisata dunia yang berkelanjutan. (wid)