MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Warganet ingin nama Agung diabadikan di Bandara Palu

Personel ATC Airnav Indonesia Anthonius Gunawan Agung meninggal dunia dalam bertugas saat memberikan instruksi kepada pesawat Batik Air saat gempa mengguncang Palu bermagnito 7,7 skala Richter pada Jumat (28/9) (Airnav Indonesia)

Jakarta (Metrobali.com)-
Sejumlah warganet bahkan beberapa di antaranya dari luar negeri menyampaikan keinginannya agar nama Personel Air Traffic Controller (ATC) AirNav cabang Palu Anthonius Gunawan Agung yang menjadi korban meninggal gempa diabadikan di Bandara Palu.

Akun sosial media (twitter) resmi AirNav Indonesia sejak Sabtu (29/10) hingga Senin (1/10) terus dibanjiri ucapan duka cita dan doa yang tak putus-putus untuk Alm. Anthonius Gunawan Agung.

Agung meninggal ketika bertugas mengatur layanan navigasi di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu dengan tugas terakhirnya mengantarkan Batik Air ID-6231 dengan 148 penumpang untuk tinggal landas.

Kisahnya kemudian viral sehingga namanya sempat menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan bahkan beberapa warganet ingin nama Agung diabadikan sebagai atribut apapun di Bandara Palu agar bisa tetap dikenang.

Warganet berakun Elizabeth Warwick misalnya mencuitkan dalam akun twitternya: “A true hero lest he be forgotten please name the Palu airport Anthonius Gunawan, RIP The good shepherd lays down His life for the sheep.”

Serupa disampaikan akun Ar Singh yang mencuitkan: “RIP. Please named atleast one thing in airport after him please.”

Akun Irshad Najimuddin juga menuliskan hal serupa: “Pls name something in Palu for this brave man who laid down his life to save others.”

Sebelumnya Direktur AirNav Novie Riyanto menyatakan pihaknya telah menaikkan pangkat dua tingkat ATC Alm. Anthonius Gunawan Agung sebagai bentuk apresiasi luar biasa terhadap dedikasi pria kelahiran Abepura, 24 Oktober 1996 itu.

“Keluarga besar AirNav berduka atas berpulangnya almarhum yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam memberikan pelayanan untuk mewujudkan keselamatan penerbangan,” kata Novie.

Sebelum gempa terjadi Agung sedang melayani pesawat Batik Air ID6231 yang akan terbang dari Palu menuju Makassar dan ia telah memberikan “clearance” kepada Batik saat gempa terjadi.

Personel AirNav lainnya yang tidak sedang melayani kemudian turun saat gempa mulai terasa makin kuat sementara Agung sendiri memutuskan tetap duduk di tempatnya karena pesawat belum take-off sempurna.

Agung tampaknya menunggu pesawat Batik hingga airborne, sayangnya kondisi gempa sudah semakin tak terkontrol.

Ia akhirnya memutuskan melompat dari cabin tower (lantai 4) yang memang ambruk hingga akibatnya mengalami patah kaki.

Personel AirNav di Palu melarikan Agung ke rumah sakit namun untuk penanganan selanjutnya harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar karena diindikasi ada luka dalam. AirNav berupaya untuk mendatangkan helikopter dari Balikpapan. Sayangnya karena kondisi bandara yang masih belum memungkinkan, helikopter baru dapat diterbangkan Sabtu (29/9).

Agung kemudian dibawa ke bandara untuk diterbangkan dengan helikopter menuju Balikpapan. Namun sebelum helikopter tiba, Agung menghembuskan napas terakhirnya.

Sumber : Antaranews.com