Warga Banjar Apuh, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud saat menukarkan sampah plastik menjadi beras di balai banjar setempat, Minggu (21/6/2020).
Gianyar (Metrobali.com)-
Warga Banjar Apuh, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud berbondong-bondong membawa sampah plastik ke balai banjar setempat, Minggu (21/6/2020). Mereka menukarkan sampah yang telah dipilah menjadi beras, 1 kilogram beras bisa didapatkan dengan hanya menyetor 1 kilogram sampah plastik. Kegiatan perdana dilakukan banjar tersebut mendapat antusias sangat baik dari warga.
Kelihan Banjar Apuh, Desa Lodtunduh, Wayan Eka Sudiarta  menjelaskan warganya sebelum program tukar sampah jadi beras dilakukan sudah sering memilah sampah plastik. Namun untuk warga belum mendapatkan hasilnya selain menjadikan lingkungan banjar yang bersih. “Sebelum  program tukar sampah jadi beras ini dilakukan, kami di sini setiap minggu memang mengumpulkan sampah plastik. Tapi warga belum bisa menikmati manfaatnya. Sekarang dengan program ini baru bisa dirasakan oleh warga dampaknya,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Eka juga mengatakan  meski program tukar sampah jadi beras yang perdana, namun warganya antusias terlibat. Terlebih di tengah pandemi covid 19, meski hanya memiliki sampah plastik 1 kilogram langsung ditukarkan agar mendapatkan beras. Dengan demikian ia memastikan program itu akan terus berlanjut kedepannya.
“Ini juga ada sponsornya, sehingga warga antusias. Sebelum hari ini dilakukan programnya 10 hari sebelumnya sudah kita infokan ke masyarakat agar memilah sampah palsti. Selanjutnya bisa ditukar di balai banjar dengan beras sesuai berat sampah yang dibawa,” imbuhnya.
Disampaikan juga pihaknya demi menjaga lingkungan banjar menjadi bersih dari sampah, telah memiliki jadwal memungut sampah di jalan hingga sungai yang ada. Khususnya di wilayah Banjar Apuh, Desa Lodtunduh. “Kita juga sudah pungut sampah di aliran sungai dengan nama komunitas yang ada di banjar diberi nama kedas-kedas. Sementara penukaran sampah jadi beras kali ini kami siapkan hanya 700 kilogram beras, untuk selanjutnya baru  satu sampai dua ton beras,” terangnya.
Sementara sponsor sekaligus penggagas program tersebut, I Made Janur Yasa mengatakan kegiatan itu sebagai pepatah. Dalam musibah ada kesempatan, dalam hal ini  yang dimaksudkan adalah kesempatan membantu seseorang tanpa harus dengan mengemis. Melainkan dengan mengumpulkan sampah, memilah dan disetor akan mendapatkan beras.
“Makanya ini manfaatnya sangat banyak sekali, membantu orang dapat, membersihkan lingkungan dapat hingga memmbantu perekonomian warga juga dapat. Sebab beras yang kita sebagai ganti dari sampah ini dibeli dari masyarakat juga,” paparnya.
Kegiatan serupa pun diakuinya dimulai dari kampungnya sendiri di wilayah Kabupaten Tabanan. Ia berharap agar banjar – banjar yang ada di Gianyar terlebih di Bali agar bisa meniru kegiatan tersebut. “Setiap desa bisa melaksaakan ini, siapa saja. harapan saya kalau ini bisa ditiru oleh semua banjar di Bali, saya yakin sampah plastik tidak akan ada lagi,” tandas pria asli Tabanan tersebut.
Pewarta : Catur
Editor : Whraspati Radha