jk1

Jakarta (Metrobali.com)-

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan pasar modal di Indonesia dikuasai dana nasional dari investor lokal sehingga diperlukan suatu kepercayaan, pengelolaan, serta pengawasan yang baik sehingga masyarakat mempercayainya.

“Inti dari semua itu adalah kepercayaan. Pengelolaan yang baik, pemerintahan yang baik dalam pengelolaan dan pengawasannya berlapis,” kata Jusuf Kalla saat memberikan sambutan pada peluncuran Gerakan Nasional Cinta Pasar Modal di Jakarta, Rabu (12/11).

Wapres mengatakan saat ini kepemilikan nilai saham investor domestik sebesar 40 persen, sehingga nilainya yang dimiliki investor asing sebesar 60 persen. “Itu berarti setiap keuntungan yang didapat akan lebih banyak lari keluar. Tapi itulah ciri pasar modal banyak spekulasi,” kata Wapres.

Agar hal itu tidak terjadi dan sebagai sebuah negara yang terbuka, kata Wapres, pemerintah tidak dapat melarang investor luar negeri untuk tidak membawa modal atau keuntungannya ke luar negeri.

Diakui Wapres, masyarakat masih lebih banyak menyimpan uangnya dalam bentuk deposito atau tabungan sekalipun keduanya bukan berarti tanpa risiko, seperti bunganya dapat terkena dampak inflasi sehingga nilainya riilnya menjadi berkurang.

“Karena mereka belum bisa menghitung keuntungan dan risiko yang didapat dari pasar modal. Saham bisa untung 10 kali tapi ruginya juga puluhan kali,” kata Wapres.

Dua manfaat besar pasar modal, katanya, adalah memberikan manfaat kepada pengusaha mendapatkan modal tanpa perlu membayar bunga dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki perusahaan besar walaupun dengan nilai yang sangat kecil.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Muliaman D Hadad menyebutkan 97,4 persen pemilik saham berasal dari dalam negeri dan sisanya sebesar 2,6 persen dimiliki investor asing, tetapi total nilai kepemilikan asing mencapai 60 persen.

“Sehingga pasar modal di Indonesia memilki kerentanan terhadap perilaku dari investor asing. Untuk itu, investor lokal perlu terus ditingkatkan,” kata Muliaman.

Dikatakan pasar modal dapat menjadi alternatif sumber pembiayaan pembangunan yang sangat penting. Hingga kini, nilai penerbitan obilgas telah mencapai Rp234 triliun, kondisi yang sama juga dialami berbagai negara dimana pasar modal menjadi sumber pembiayaan utama yang melebihi perbankan.

Sepanjang lima tahun ini, katanya, pertumbuhan yang cukup signifikan yang dapat dilihat dari indeks harga saham gabungan (IHSG) dan kapitalisasi di pasar saham indoensai. Sepanjang 2014 pertumbuhan indeks mencapai 18 persen, lebih tinggi dibandingkan di Jepang, Malaysia dan Singapura.

Muliaman menjelaskan bahwa emiten di Tanah Air juga tumbuh lima persen setiap tahunnya. Hingga kini tercatat 501 emiten, baik di pasar saham maupun surat utang korporasi. Meski termasuk rendah dibandingkan Malaysia yang memiliki 905 emiten dan Singapura sebanyak 767 emiten. “Tapi emiten kita tumbuh tertinggi di kawasan ini,” ucap Muliaman.

Target dari Genta Pasar Modal Indonesia ini adalah mahasiswa, dosen, praktisi bisnis, pengusaha, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibu rumah tangga. Acara ini sendiri dihadiri 5000 mahasiswa yang berasal dari 27 perguruan tinggi dan mereka semua sudah menjadi investor di pasar modal dan juga asosiasi yang terlibat di pasar modal. AN-MB