Denpasar (Metrobali.com) –

Di tengah kondisi bumi yang sedang tidak baik-baik saja, alumni sekolah Santa Ursula Jalan Pos Jakarta yang bernaung di kelompok SanUr Painters tergerak untuk menyelenggarakan pameran lukisan pada 6 Juni – 10 Juli 2021 di Veneta Gelateria yang berlokasi di Jalan Hang Tuah No. 56, Sanur, Bali.

Digerakkan oleh keprihatinan akan semakin tak terkendalinya perusakan dan pencemaran lingkungan akibat kurangnya kesadaran masyarakat dan pembuat kebijakan, diharapkan deretan karya yang dipamerkan dapat mengubah cara pandang dan menginspirasi para pengunjung untuk lebih peduli terhadap alam.

Pameran lukisan ini adalah bagian dari tema besar “Kami Peduli” yang terbagi menjadi dua sub tema, yaitu “Peduli Alam” dan “Peduli Hewan”, di mana kedua tema tersebut akan dipamerkan di dua waktu yang terpisah. “Peduli Alam” adalah tema pertama yang akan digelar pada 6 Juni – 10 Juli dan “Peduli Hewan” pada 12 September – 17 Oktober 2021.

Pada penyelenggaraannya, tema “Peduli Alam” dikerucutkan lagi kepada kepedulian atas sampah plastik. Untuk itu, pameran ini juga terlibat langsung di kegiatan pengelolaan dan pengolahan sampah yang bekerja sama dengan komunitas Yayasan Kopernik dan Yellow Garden Organic yang berbasis di Bali.

Ruang Berkarya Bagi Lansia

Keunikan pameran ini adalah lukisan-lukisan yang dipamerkan kebanyakan merupakan karya alumni yang sudah masuk kategori lansia menurut WHO, dengan rentang usia 40-70 tahun. Pameran ini memang ingin memberikan kesempatan kepada para wanita usia matang untuk terus berkarya dan mengekspresikan diri disela-sela kesibukan mereka.

Terlebih wanita masih selalu dibebani peran ganda, sehingga jarang mereka bisa menggali potensi diri. Pameran ini ingin menjadi agen perubahan untuk mendorong perempuan, sekalipun sudah tidak muda lagi, untuk terus belajar dan menampilkan bakat-bakat yang luar biasa.

Benar saja, pengalaman hidup yang kaya dan sudut pandang yang bijaksana terbukti menghasilkan karya-karya indah yang tak hanya puitis, tapi juga sarat makna dan secara efektif menohok perasaan siapa pun yang melihatnya.

Lihat saja lukisan karya CD Kristiari (lulus SMA tahun 1989) yang menampilkan dua versi kuda laut menyisakan perasaan miris. Di lukisan pertama, kuda laut ungu menyangka sikat gigi bekas ungu yang dibuang manusia ke laut adalah jodohnya karena mirip dirinya. Di lukisan kedua, kuda laut kuning menyangka cotton bud adalah ganggang tempatnya berlindung tapi ternyata ia tertipu. Sederhana tapi pesannya sangatlah efektif!

Karya Wita Ria Larasati (lulus SMA tahun 1984) yang lolos kurasi untuk pameran ada tiga, dengan yang paling meninggalkan kesan adalah “Dua Wajah Ibu Pertiwi”. Dalam karya cat air ini digambarkan satu wajah mengeluarkan air mata dengan berlatarkan perusakan hutan dan wajah lainnya tersenyum dengan berlatarkan alam yang indah.

Karya Juli RD (lulus SMA tahun 1988) pun senada dengan Wita yang menampillkan dualisme antara kenyataan vs. utopia. Dengan gaya mirip lukisan anak-anak, Juli mengingatkan kita bahwa kondisi alam tempat manusia hidup ini jauh dari ideal karena perbuatan manusia sendiri. Ia melukis sebidang tanah dengan kondisi alam yang baik di atas tempat yang tinggi, di mana sebidang tanah utopia itu dikelilingi sampah dan alam yang rusak.

Wanda (lulus SMA tahun 1965) adalah anggota paling senior di grup SanUr Painters yang karyanya terpilih untuk pameran. Ia melukis kawanan gajah yang berlari menyelamatkan diri dari kebakaran hutan. Warnanya soft untuk efek asap yang menghalangi pandangan dengan pesan yang sangat kuat!

Pesan yang tak kalah menyentuh adalah karya Anda Maria (lulus SMA tahun 1973) berjudul “Kita Lebih Pintar, Dik!” tentang dua kakak-beradik yang menanam sayuran di botol plastik dan kaleng bekas dari sampah yang dibuang sembarangan. Kedua anak ini dalam narasinya mempertanyakan apakah mereka yang miskin ternyata lebih pintar dari orang-orang kaya yang senang buang sampah sembarangan.

“Anggaplah pameran ini adalah pesan nenek kepada para cucu untuk lebih peduli dengan berbagai permasalahan yang dihadapi alam dan bumi yang makin menua ini,” jelas Peni Cameron, Ketua Panitia Pameran Lukisan “Kami Peduli” yang lulus SMA tahun 1984.

Peduli Sampah

Agar karya-karya yang dipamerkan terus membekas dan juga dapat dilihat oleh masyarakat lebih luas, kami merancang beberapa merchandise praktis, seperti tas, pouch, tumbler, dan T-shirt, yang menampilkan lukisan-lukisan terpilih. Sebagian hasil penjualan lukisan maupun merchandise akan disumbangkan ke program penanggulangan sampah plastik di Bali.

Untuk memeriahkan acara sekaligus merangkul masyarakat setempat, akan digelar workshop melukis dan mewarnai bagi anak-anak (usia 5-10 tahun) maupun umum (tidak ada batasan umur) yang dipandu anggota SanUr Painters, diantaranya Sisca Wungu (lulus SMA tahun 1995) yang memang pengajar melukis dengan cat air dan Kusumastuti (lulus SMA tahun 1991) yang akan mengajar menggambar dengan crayon.

Selain akan dibuka mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (dalam konfirmasi) dan tokoh-tokoh seni ternama, diantaranya Tamara Bleszinsky, Feby Febiola, dan Franky Sihombing, acara ini juga akan dihadiri komunitas pecinta lingkungan di Bali. (hd)