Badung, (Metrobali.com)-

Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha Mansury, mengungkapkan empat poin utama yang menjadi fokus dalam forum High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP) dan Indonesia-Afrika Forum (IAF) ke-2 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Badung, Bali.

Wamenlu menjelaskan bahwa rangkaian pertemuan pagi ini diawali dengan joint statement yang dipimpin oleh Presiden RI bersama para pemimpin negara-negara Afrika.

Dalam pertemuan tersebut, mereka menyoroti pentingnya solidaritas dan kesamaan agenda antara negara-negara berkembang, khususnya antara Indonesia dan negara-negara Afrika.

Para pemimpin Afrika katanya, mengapresiasi kesuksesan Indonesia dalam melakukan transformasi ekonomi yang dianggap dapat meningkatkan kredibilitas Indonesia dalam membangun kerja sama ekonomi lebih lanjut.

“Beberapa sektor yang menjadi fokus kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika termasuk ketahanan pangan, energi, kesehatan, dan pemanfaatan optimal sumber daya alam,” ungkapnya di Nusa Dua, Bali Senin 2 September 2024.

Beberapa negara Afrika katanya, telah mulai mengadopsi kebijakan Indonesia yang membatasi ekspor komoditas pertambangan demi memastikan nilai tambah bagi ekonomi lokal.

“Forum ini juga menekankan pentingnya kolaborasi untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) dan kerja sama pembangunan antara negara-negara berkembang,” tandasnya.

Selain sektor pertambangan besar, forum ini juga membahas kerja sama antara sektor pertambangan kecil yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

Wamenlu mencatat bahwa 51 delegasi, termasuk menteri, pimpinan BUMN, perusahaan swasta, lembaga pembiayaan internasional, dan organisasi-organisasi yang berada di bawah naungan PBB, hadir dalam forum tersebut.

Lebih lanjut, forum juga membahas prospek kerja sama Indonesia dan Afrika dalam perdagangan bebas melalui kolaborasi dengan kawasan perdagangan bebas di Afrika. Di sektor mineral, Indonesia dan negara-negara Afrika memiliki kekayaan mineral yang beragam dan saling melengkapi, yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kerja sama di bidang ini.

Pada kesempatan yang sama, Indonesia menargetkan kesepakatan bisnis senilai 3,5 miliar USD dalam forum ini. Hingga saat ini, kesepakatan senilai 2,9 miliar USD telah berhasil diraih, dengan sektor kesehatan, energi, pangan, dan industri strategis menjadi fokus utama.

“Kesepakatan di sektor kesehatan mencapai 94,2 juta USD, sektor energi sebesar 1,4 miliar USD, dan sektor pangan mencapai 1,2 miliar USD. Target tambahan diharapkan dapat terealisasi dalam beberapa minggu ke depan,” paparnya.

Kerja Sama Selatan-Selatan dalam Fokus

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenkomarvest, Jodi Mahardi, menyampaikan bahwa acara Indonesia-Afrika Forum juga akan diikuti dengan penyelenggaraan 12 diskusi paralel pada tanggal 3 September 2024, yang mengangkat tiga tema utama, yaitu keberlanjutan (sustainability) dengan fokus pada ekonomi sirkular, inovasi finansial, dan penguatan kerja sama Selatan-Selatan.

Jodi menekankan bahwa negara-negara Selatan berkontribusi sekitar 40% dari PDB dunia dan mencakup lebih dari dua per tiga populasi global, sehingga kerja sama Selatan-Selatan memiliki potensi besar bagi pembangunan Indonesia dan dunia.

Melalui kerja sama ini, Indonesia berkontribusi dalam menghasilkan solusi bersama bagi pembangunan negara-negara berkembang. Indonesia juga terus menjaga hubungan baik dengan negara-negara Selatan, berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam berbagai bidang, termasuk percepatan pencapaian target energi dan pembangunan berkelanjutan.

Forum ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai bentuk kerja sama konkret yang mendukung pembangunan Indonesia dan Afrika, dengan melibatkan sektor UMKM, yang memiliki potensi besar dalam memperkuat kerja sama ekonomi antarnegara.

(Jurnalis : Tri Widiyanti)