Wagub Pitra Yadnya di Bangli dan Gianyar

Bangli (Metrobali.com)-

Terdapat tiga jenis ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa ikatan hutang  yang disebut Tri Rna,  yang harus dibayar sehubungan dengan keberadaan manusia lahir didunia agar kehidupan yang dijalani berjalan dengan damai. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat menghadiri Upacara Pitra Yadnya bertempat di Dukuh Prayu,  Banjar Adat Dukuh Desa Pekraman Bunutin,  Bangli,  Selasa (15/9).

Sudikerta menjelaskan Tri Rna yang meliputi Dewa rna  merupakan ikatan hutang manusia kepada Tuhan  yang telah menciptakan kehidupan, memelihara dan memberikan kebutuhan hidup.  Kedua,  Pitra rna merupakan ikatan hutang kepada leluhur yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan diri kita. Terakhir Rsi rna,  merupakan ikatan hutang kepada para Rsi yang telah memberikan pengetahuan suci untuk membebaskan hidup ini dari kebodohan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin. Hutang – hutang tersebut kemudian dibayar dengan yadnya, yang kemudian diaplikasikan dengan Panca Yadnya.
Sudikerta menilai pitra yadnya yang dilaksanakan  Desa Pekraman Dukuh ini sangat baik dan telah menjalankan amanah dari sastra agama hindu yang ada.  Sudikerta berharap upacara ini bisa berjalan dengan lancar dan para lelulur dapat memperoleh tempat yang damai disisi Tuhan.

Selanjutnya Ketua Panitia Karya Katut Roji,  mengucapkan terimakasih atas pencerahan yang disampaikan oleh Wagub Sudikerta.  Ia berharap masyarakat dapat menjadikannya pedoman sebagai langkah untuk menjalankan yadnya-yadnya yang seharusnya dilaksanakan. Terkait dengan,  upacara tersebut  Ia menerangkan bahwa Pitra Yadnya atau Ngaben Masal ini diikuti oleh seluruh krama Desa dengan 31 Sawa yang berasal dari berbagai garis keturunan yang ada di masyarakat sekitar,  seperti Perti Sentana Dalem Samprangan,  Perti Sentana Dalem Sanksi serta lainnya.  Untuk puncak acara karya tersebut dilaksanakan pada Rabu (16/9), sedangkan pada hari ini Selasa (15/9) dilaksanakan upacara ngening yaitu membawa sawa-sawa ke beji untuk dibersihkan.  Ia berharap karya ini dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan masyarakat semuanya.

Kutuk Pelaku Teror di Sulawesi Tengah

Usai mengikuti pelaksaan upacara Sudikerta juga menyampaikan keprihatinan dan duka cita yang mendalam atas tewasnya salah satu transmigran asal Bali yang menjadi korban kekejaman teroris di Sulawesi tengah yang terjadi kemarin (14/9). Korban , Nyoman Astika (70), yang juga asal Buleleng ini diserang orang tidak dikenal di Dusun Baturiti, Desa Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong. “Semoga Arwah beliau diberikan ketenangan dan menyatu dengan Atman serta diberikan ketabahan bagi Keluarga dan kerabat yang ditinggalkan,” ujar Sudikerta. Sudikerta dengan tegas mengutuk segala bentuk tindakan terorisme karena bertentangan dengan perikemanusiaan, serta Ia berharap agar aparat keamanan dapat segera menuntaskan kasus ini dan menangkap pelakunya beserta jaringannya sehingga. “Semoga para teroris tersebut mendapatkan keadilan, hukuman dan karma sesuai tindakannya,” pungkasnya. Selanjutnya Sudikerta juga menghadiri Upacara Atma Wedana yang bertempat di Pura Kahyangan Tiga,  Desa Pekraman Mantring,  Desa Tampaksiring-Gianyar. Karya  tersebut  diikuti oleh seluruh warga Desa Pekraman dengan 156 Sawa dan 76 orang yang mengukuti proses Mepandes (potong gigi).     AD-MB