Piodalan Pura Mandara Giri Semeru Ditengah Masa Pandemi

Denpasar, (Metrobali.com)

Karya pujawali krama tahun 2021 di Pura Mandhara Giri Semeru Agung akan dilaksanakan mengacu pada karya panca walikrama yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2014 silam.
Pada karya pujawali tahun ini, tentu akan berbeda dari tahun tahun sebelumnya, mengingat penyebaran Virus Corona (Covid-19) masih terjadi dimana-mana bahkan saat ini terkolaborasi dengan virus covid varian baru. Sejalan dengan kondisi yang membutuhkan pertimbangan matang namun karya ini wajib dilaksanakan untuk menyeimbangkan skala dan niskala, maka Wakil Gubernur Bali Prof. Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati bersama sejumlah Bupati dan Walikota se-Bali mengambil langkah untuk tetap melaksanakan karya nganyarin secara bergilir masing-masing Kabupaten dan Kota se-Bali dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin. Hal ini disampaikan Wagub Cok Ace saat memimpin rapat koordinasi persiapan piodalan Pura Mandara Giri Semeru Agung, di Ruang Rapat Praja Sabha, Selasa (11/5).

“Untuk menghindari penularan Covid-19 klaster upacara, saya minta masing-masing Kabupaten dan Kota se-Bali melakukan keberangkatan silih berganti saat melaksanakan giliran nganyarin, karena piodalan yang berlangsung selama satu setengah (1,5) bulan ini memberikan kesempatan bagi pemedek untuk nangkil tanpa harus berbondong-bondong. Sekalipun Kecamatan Senduro, Lumajang, Jawa Timur termasuk zona hijau, namun jangan sampai pelaksanaan piodalan menyebabkan munculnya klater baru,” tegas Wagub Cok Ace.

Mengingat piodalan Pura Mandara Giri Semeru yang diselenggarakan bertepatan dengan kondisi Covid-19, upakara yang dihaturkan juga menyesuaikan kondisi anggaran yang memang diperuntukkan dan difokuskan kepada penanganan Covid-19. Upacara melasti akan dilaksanakan pada tanggal 22 Juni, Mapepade dilaksanakan pada tanggal 23 Juni dan puncaknya jatuh pada tanggal 24 Juni, namun rentetan persiapan sudah di mulai 26 Mei mendatang dengan prosesi matur piuning.

Tahun ini, puncak piodalan yang jatuh tepat pada purnamaning kasa wuku matal menggunakan sarana satu (1) kerbau, yang jauh lebih sedikit dari tahun tahun sebelumnya.

Dengan terlibatnya para bakta saat upacara penganyar dari masing-masing Kabupaten/ Kota se-Bali diharapkan tetap disiplin menerapkan protokol Kesehatan dengan tujuan melindungi diri dan juga melindungi orang lain. Selain utu disarankan juga para penganyar yang beradal dari masing-masing OPD se-Bali untuk langsung kembali ke Bali setelah ngayah. (RED-MB)