Upakara Pitra Jajna ring Segara Berawa “Direcoki” Pesta Kembang Api Patut Diprotes dan Disesalkan
Badung (Metrobali.com)-
Upakara Mendak Dewata-Dewati, Bagian dari Upakara Ngelanus, Prosesi Penting Pitra Jajna “Diganggu” Pesta Kembang Api untuk Tujuan Turistik, Patut Disesalkan dan Harus Diprotes Krama Bali.
Hal itu diultimatum I Gde Sudibya, anggota MPR RI Utusan Daerah Bali 1999 – 2004, salah seorang pendiri dan sekretaris LSM Kuturan Dharma Budaya, Sabtu 19 Oktober 2024.
Dikatakan, pertama, upakara yang dimuliakan krama Bali, menyangkut harga diri dan harkat martabat bagi krama yang menyelenggarakan upakara. Pihak hotel agaknya tidak mau tahu, melanggar prinsip hidup penting: “dimana bumi di pijak, di sana langit dijunjung”.
“Tetap menimbulkan pertanyaan nyaris klasik: “sira sane meduwe segara”?. Dalam teologi Bali “segara danu tan metepi”, uncaran doa tentang Tuhan itu sendiri,” katanya.
Kedua, kita menghargai industri pariwisata dan par a pelakunya, tetapi kita tidak “mendewakan” industri kapitalistik itu.
“Yang Kita puja, Ida Bhatara Kawitan ring sowang-sowang Mrajan, ring Pura Kahyangan Tiga di masing-masing Desa Pakraman dan ring Kahyangan Jagat ring sawewengkon Bali Dwipa,” kata I Gde Sudibya.
Ketiga, peristiwa tsb.di atas, yang telah menghina harga diri krama, sebagai momentum untuk mawas diri dan koreksi diri terutama bagi otoritas pemberi izin industri pariwisata dan penegakan aturan hukumnya -law enforcement-.
Keempat, krama Bali harus semakin sadar, toleransi yang diberikan berlebihan, jangan sampai dimanfaatkan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab, yang bisa menggerus otoritas kita untuk “menjadi tuan di rumah sendiri”.
Kelima, tuan dan puan penguasa yang dalam kampanyenya menggunakan jargon: “nindihin gumi”, satya wacana dengan ucapannya, menegakkan aturan secara benar, sejalan dengan rasa keadilan krama.
Keenam, PHDI dan MDA menunjukkan “giginya”, “manut sesana” ikut berperan menegakkan tertib sosial, tamsilnya ” jangan membangunkan macan tidur”.
“Kejadian di segara Berawa ini, semestinya yang terakhir, setiap stake holders industri pariwisata melakukan koreksi diri,” kata I Gde Sudibya. (Sutiawan)