Upacara Mecaru Sapi Jantan Hitam Kembali Digelar di Desa Bulian Setelah 45 Tahun Ditiadakan
Buleleng, (Metrobali.com)
Setelah 45 tahun tidak dilaksanakan, upacara sakral Mecaru Sapi Jantan Hitam kembali digelar di Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, bertepatan dengan Tilem Kapitu, Selasa, Kemarin, (28/1). Tradisi ini dihidupkan kembali sebagai bagian dari pelestarian warisan leluhur dan upaya menjaga keseimbangan alam semesta.
Ritual berlangsung di Perempatan Puser Desa Bulian, di bawah pohon beringin besar yang diyakini sebagai pusat desa. Prosesi diawali dengan arak-arakan seekor sapi jantan berwarna hitam yang telah dihias dengan perlengkapan adat. Sapi ini kemudian diarak mengelilingi desa Pulo Sekar (nama lain Desa Bulian) sebelum digunakan sebagai sarana upacara. Dalam kepercayaan Hindu Bali, sapi hitam melambangkan Dewa Wisnu, dewa pemelihara keseimbangan dunia, baik secara sekala (fisik) maupun niskala (spiritual).
Ketua panitia upacara, Gede Suardana, mengatakan bahwa ritual ini merupakan wujud rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta sebagai bentuk pemeliharaan keharmonisan alam.
“Kegiatan ini idealnya dilakukan setidaknya maksimal setiap sepuluh tahun sekali, atau bahkan setiap tahun jika memungkinkan. Ini adalah bagian dari pelestarian tradisi leluhur,” ujarnya saat ditemui, Rabu, (29/1)
Lebih lanjut, Suardana menambahkan pelaksanaan ritual pada Tilem Kapitu diyakini dapat menciptakan keseimbangan dan membawa keberkahan bagi desa.
“Jika ritual ini bisa dilakukan secara rutin, saya yakin akan membawa kerahayuan (keselamatan) dan keajegan jagat (ketertiban dunia),” tambahnya.
Upacara ini turut dihadiri oleh Penglingsir Puri Agung Denpasar, Anak Agung Ngurah Wirabima, serta Penglingsir Puri Mas Tebeng Pemecutan, Anak Agung Wisnu Murti. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan terhadap masyarakat Desa Bulian dalam melestarikan budaya leluhur.
Masyarakat setempat berharap, dengan dihidupkannya kembali upacara ini, keseimbangan alam dan keharmonisan desa dapat terus terjaga. Selain itu, mereka juga berharap tradisi ini tetap lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang. GS