Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer menegaskan komitmennya untuk memajukan pelaku UMKM Bali dan membawa UMKM naik kelas serta melindungi UMKM dari gempuran dan ancaman franchise atau waralaba asing yang bahkan sudah masuk ke pelosok desa. Demer juga menyoroti komitmen BUMN yang dinilai tidak serius alias setengah hati membantu UMKM.

Lebih lanjut Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali itu mengatakan bahwa sektor UMKM telah membuat perekonomian Indonesia bertahan terhadap goncangan, baik itu krisis maupun pandemi. Dan ini telah terbukti bahwa Indonesia bisa survive dalam menghadapi seluruh tantangan tersebut. Demer menambahkan bahwa ia telah berkeliling untuk mengajak pihak-pihak BUMN mensosialisasikan digital marketing karena kedepannya para pelaku UMKM tidak bisa hanya melalui pasar tradisional saja.

“Ke depan ini kita tidak bisa hanya melalui pasar tradisional di mana kalau pasar tradisional, kemampuan dari pada pembeli dan juga kemampuan daripada orang yang datang, itu sangat terbatas. Dalam dunia digital ini kita harus mengikuti perubahan. Kita tahu bahwa masyarakat Bali yang sangat inovatif, sangat kreatif, mempunyai banyak produk, namun segi pemasaran, di segi mereka menyampaikan hasil-hasilnya kepada internasional, itu sangat berat, apalagi ukurannya adalah UMKM,” tutur Demer belum lama ini.

Oleh karena itu Demer memiliki tekad yang kuat untuk membangun perekonomian di Bali. Menurutnya sangat penting keberadaan UMKM Bali diketahui oleh masyarakat internasional melalui digital marketing. “Disinilah pentingnya saya kebetulan mempunyai fasilitas, mempunyai juga dana lebih untuk bisa membangun perekonomian di Bali maka saya menganggap penting UMKM ini keberadaannya diketahui oleh internasional melalui digital marketing,” kata wakil rakyat yang sudah empat periode mengabdi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali itu.

Demer yang pada Pileg 2024 mendatang kembali maju nyaleg ke DPR RI Dapil Bali dari Partai Golkar dengan nomor urut 2 ini mengatakan lebih lanjut bahwa dirinya selalu mengkritisi masuknya brand-brand internasional. Ditegaskannya, meskipun di era pasar bebas bukan berarti bisa sebebas-bebasnya, namun juga harus tetap melihat kondisi di tanah air, khususnya terhadap pertumbuhan daripada pengusaha-pengusaha di Indonesia. Menurut Demer, pertumbuhan yang tinggi tidak ada artinya ketika tidak adanya timbul pelaku baru.

“Ini penting. Oleh karena itu, maka kita perlu menimbulkan pelaku baru ini melalui keberpihakan kita terhadap UMKM,” tegas wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum KADIN Bali itu.

Demer kemudian menyoroti peran BUMN yang dinilai kurang berpihak kepada para pelaku UMKM. Demer juga merasa miris melihat brand-brand internasional masih merajalela, misalnya di bandara yang lebih banyak menggunakan brand internasional. Padahal menurut Demer, kemampuan berjualan, berinovasi, dan kemampuan usaha-usaha lokal tidak kalah mutunya.

“Jadi saya melihat juga kita hanya baru diberikan sebatas daripada ruang UMKM kita yaitu ruang tempat kerajinan. Tempat jualan kerajinan. Yang mana memang karena orang franchise-nya enggak bisa, orang luarnya enggak bisa, hanya itu yang dikasih. Padahal kita punya kemampuan lebih selain daripada hanya sekedar berjualan yang namanya kerajinan atau oleh-oleh,” tuturnya.

Politisi senior Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubu Tambahan, Kabupaten Buleleng itu lantas mengetuk hati para pejabat dan pihak-pihak lainnya untuk memberikan komitmen kepada pengusaha lokal dan lebih mengetatkan aturan-aturan untuk mendapatkan izin usaha bagi brand-brand internasional.

“Nah oleh karena itu mari kita bersama-sama kalau memang aturannya belum memungkinkan, tentu ada juga effort tentang bagaimana rasa daripada pejabat-pejabat kita, saya mengetuk hatinya semuanya untuk memberikan komitmen kepada pengusaha lokal, apabila dia bisa bersaing, kemudian dia bisa juga dalam tender umpamanya kalah ya mungkin yang di Internasional itu diperlambat izinnya dan sebagainya, ya yang di internasional itu diperlambat ijinnya dan sebagainya. Pada akhirnya barrier dia, entry barrier dia agak lebih susah ketimbang kita orang lokal,” bebernya.

Demer kemudian mencontohkan negara-negara Skandinavia yang tidak mengizinkan franchise internasional masuk ke wilayah mereka. Namun di Indonesia, brand-brand internasional begitu gampangnya masuk ke desa-desa.

“Misalnya, salah satu contoh aja Starbucks sudah masuk ke daerah Kintamani, dimana saya melihat brand-brand lokal juga enggak kalah hebat daripada Starbucks. Nah di sinilah sebenarnya negara harus hadir melalui siapa? Melalui salah satu perangkatnya adalah BUMN kita, dimana harus mulai juga memberikan ruang yang memungkinkan kepada UMKM kita untuk tumbuh sehingga timbul pelaku baru. Kesenjangan sosial tidak terlalu besar gapnya sehingga apa yang menjadi kemakmuran daripada negara ini kita bisa nikmati bersama, baik itu pejabatnya, baik itu masyarakatnya, khususnya kepada UMKM kita yang mana UMKM kita ini juga sebagai pahlawan dalam menyerap sumber daya alam, menyerap sumber daya manusia untuk mereka bisa menikmati apa arti kemerdekaan ini,” jelas Demer.

“Saya kaitkan dengan arti dari kemerdekaan yang baru kita rayakan bersama-sama dengan gegap gempita. Jangan sampai ini hanya sekedar euforia. Sekedar kita berhura-hura, tapi benar-benar kita resapi dengan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga nantinya UMKM kita ini benar-benar bisa berjaya di negerinya sendiri. Sekali lagi saya ingatkan bahwa UMKM ini bisa berjaya di negerinya sendiri,” pungkas Demer. (wid)