Denpasar (Metrobali.com) –

Di era digitalisasi seperti saat ini para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Provinsi Bali didorong untuk lebih memanfaatkan sistem digital dalam hal pemasaran.

Untuk itu generasi milenial (gen Z) diharapkan dapat membantu orang tua mereka dalam rangka meningkatkan pendapatan usaha kecil mikro menengah.

“Saat ini kita ada di daerah digital dan apapun itu sudah kita alami sekarang ini, maka salah satu yang harus dimanfaatkan sangat baik adalah bagaimana berbisnis dengan digital. Market place sudah sangat banyak tetapi pelaku UMKM belum memanfaatkan itu, di Bali terutama belum, Jawa sudah,” ungkap Prof.Dr.Ida Bagus Raka Suardana Guru Besar Manajemen, Undiknas Denpasar, di acara Bisnis Lounge#umkmbali_digital dengan tema “Mendorong kemajuan UMKM Bali melalui Pemanfaatan Ekosistem Digital” yang diinisiasi Sampoerna Enterpreneur Training Center (SETC) dengan media Bisnis Indonesia, Selasa 21 November 2023.

Ia mengungkap, di negara China/Tiongkok hampir sebagian besar sudah memakai sistem digital dan mereka sukses. Sistem digital saat ini sudah sangat maju dan berkembang, hampir jejaring platform media sosial seperti Facebook (FB), Instagram, TikTok, YouTube dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan UMKM khususnya dalam segi pemasaran.

Menurut Prof Raka, para pelaku UMKM yang berbisnis dengan menggunakan digitalisasi terjadi peningkatan dalam pendapatannya baik volume maupun asetnya. “Labanya meningkat luar biasa,” cetus Prof Raka.

Karena itu, Ia mendorong agar literasi (pemahaman) tentang digitalisasi harus digencarkan kepada para pelaku UMKM. Ia pun berharap kepada para generasi milenial atau generasi gen Z saat ini agar dapat membantu usaha orang tuanya, khususnya yang berskala kecil menengah.

Terlebih pulau Bali yang memiliki adat istiadat yang sangat unik. Dalam hal usaha mikro kecil dan menengah sangat tinggi dalam hal menghasilkan karya produk UMKM yang berkualiatas. Sayangnya, kata Prof Raka, ketika dihadapkan dengan pangsa pasar yang lebih luas, Bali belum mampu menggapainya.

Senada dengan Prof Raka, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali mengakuinya. Melalui Kepala Bidang Pemberdayaan UKM Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Provinsi Bali A.A.Ngr. Ag. Satrya Diana mengungkap, bahwa saat ini jumlah UMKM di Provinsi Bali di tahun 2023 sebanyak 442.848, yang terdiri dari Usaha ormal 107.656 (24,31%) dan informal 335.192 (75,69%).

Ia pun menjabarkan tantangan yang dihadapi saat ini terutama dalam meningkatkan pemberdayaan UMKM di Pulau Bali. Permasalahan pengembangan UMKM tersebut antara lain dari segi pembiayaan, perizinan, SDM, teknologi, pemasaran/promosi dan produksi.

Khusus untuk pemanfaatan literasi digital, pihaknya mentargetkan pada tahun 2024 dapat tercapai, tidak hanya pada UMKM namun juga menyasar kaum difabel dan perempuan. Tidak hanya itu, Diskop juga akan memberikan pendampingan hukum kepada para pelaku usaha mikro kecil menengah.

Sebagai informasi, saat ini Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) terus mendorong agar UMKM dapat naik kelas. Namun realita di lapangan, katanya hal itu sangat sulit tercapai karena pendapatan untuk pelaku UMKM yang naik kelas minimal pendapatannya harus mencapai 1 Miliar. Meski demikian pihaknya akan terus melakukan upaya agar para pelaku UMKM di Bali dapat naik kelas.

Di satu sisi, I Komang Manik Sumardika dari BPBD HIPMI Bali yang hadir sebagai narasumber dan juga pelaku Usaha Galih yang memiliki usaha kain Menggah, mengungkap bahwa saat ini para pelaku UMKM di Bali harus dapat menciptakan suatu produk yang memiliki value (nilai) yang tinggi agar dapat bersaing dengan para pelaku UMKM lainnya dan memiliki nilai jual di pasar digital.

“Kita harus mencari pembeda, sudah harus aware dengan closing strategi dengan mengutamakan kualitas. Bali memiliki produk yang unik taksu dengan ada yang di Bali berhubungan dengan adat budaya produk itu menjadikan lebih unik,” tandasnya. (Tri Prasetiyo)