sembahyang

Denpasar (Metrobali.com)-

Mengenakan busana adat Bali madya belasan mahasiswa pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar merangkai janur kombinasi dengan bunga, aneka jenis buah dan kue (banten) untuk dipersembahkan pada hari Suci Saraswati Sabtu, 8 Maret 2014.

Selama tiga hari terakhir, baik wanita maupun pria berbaur mengerjakan berbagai jenis banten untuk dipersembahkan di tempat suci (pura) kampus setempat, sebagai aplikasi dari matakuliah yang dipelajarinya.

“Sebagai mahasiswa yang mendalami bidang agama Hindu harus mampu melaksanakan ritual mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga teori yang menyangkut intelektual,” tutur Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi.

Oleh sebab itu mahasiswa IHDN Denpasar sejak mulai kuliah S-1 mempelajari dan mendalami tentang agama, baik yang menyangkut praktek maupun teori, sehingga nantinya bisa diamalkan dalam kehidupan masyarakat luas.

Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3 IHDN Denpasar melaksanakan berbagai kegiatan menyambut Hari Raya Saraswati, hari lahiran ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak hanya menyangkut praktek namun juga menggelar malam sastra.

Mengenakan busana adat khas Bali, pelajar putra-putri dari semua jenjang pendidikan di Pulau Bali mengadakan persembahyangan bersama di sekolahnya masing-masing.

Para pelajar mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) hingga perguruan tinggi tidak melakukan proses belajar mengajar, guna merayakan Hari Raya Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Hari Raya Saraswati kali ini jatuh pada hari Sabtu 8 Maret 2014 merupakan hari istimewa bagi umat Hindu, khususnya para siswa dan mahasiswa di Pulau Dewata, terlihat dari kesungguhan mereka memperingati hari yang jatuh setiap enam bulan (210 hari).

Patung Dewi Saraswati, wanita cantik seperti umumnya dipajangkan di halaman masing-masing sekolah di Bali merupakan lambang dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi buruan dari setiap umat manusia.

“Wanita cantik” yang penuh arti simpati dan berwibawa, memiliki empat tangan masing-masing memegang keropak (mendalami ilmu pengetahuan), bunga teratai (lambang kesucian), genitri (belajar seumur hidup) serta alat musik (ilmu pengetahuan itu indah dan berirama).

Ilmu pengetahuan itu diibaratkan air yang terus mengalir tidak terbendung. Jika ada orang setelah belajar menjadi merasa pintar, dan berhenti belajar, padahal masih banyak yang harus dipelajari dan menyerahkan ilmu yang dimiliki kepada Dewi Saraswati agar pemiliknya menjadi penuh wibawa, jauh dari keegoisan dan kesombongan.

Oleh sebab itu pusaka-pusaka suci dan buku-buku yang disucikan diupacarai. Persembahyangan dan berbagai prosesi ritual piodalan “Sanghyang Saraswati” dilaksanakan sebelum matahari condong ke barat.

Hari suci untuk memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa sebagai penguasa, pencipta serta pemelihara ilmu pengetahuan. Rangkaian janur, bunga kombinasi aneka jenis kue dan buah-buahan dipersembahkan sebagai simbul rasa terima kasih ke hadapanNYA atas semua iptek yang diturunkan kepada umat manusia.

“Pelaksanaan pemujaan sebelum matahari condong ke barat, sesuai kepercayaan, bahwa kalau matahari telah condong ke barat, maka yang dipuja itu hanya aksara atau huruf semata,” tutur Jero Mangku Semadi.

Namun saat mahahari di sebelah timur yang dipuja adalah “aksara yang hidup”, orang Bali menyebut dengan nama Ongkara, aksara suci melambangkan Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan pada malam hari hingga subuh diisi dengan pembacaan serta mendiskusikan masalah ilmu pengetahuan dan keesokan harinya Minggu,( 9/3) dilanjutkan dengan “Banyupinaruh”, yakni menyucikan dan menyempurnakan diri dengan ilmu pengetahuan, anugrah dari Ida Sanghyang Widhi Wasa.

“Banyupinaruh itu dilakukan dengan mandi sekaligus mencuci rambut di laut pada pagi hari sebelum matahari terbit. Umat Hindu di Bali melakukan tradisi itu secara turun temurun dan penuh keyakinan, tutur Dr Jero Mangku Semadi.

Kekal dan abadi Ilmu pengetahuan mampu mengembangkan akal pikiran manusia, sehingga mampu menjadi makluk yang paling utama di antara semua makluk hidup penghuni jagat raya ini.

Ilmu pengetahuan merupakan kekayaan yang kekal abadi, meski hidup miskin harta benda, namun bisa berbesar hati dengan ilmu pengetahuan yang berhasil melahirkan berbagai teknologi canggih.

Sikap dan tingkah laku yang lahir dari penghayatan dan pengamalan ilmu pengetahuan suci membuat seseorang dikenal sebagai orang mulia, termasyur. Orang yang berilmu, air mukanya selalu cerah, tenang serta bijaksana sehingga hidupnya tentram dan damai.

Jero Mangku Sumadi menjelaskan, tidak ada sesuatu dalam dunia ini dapat menyamai kesucian ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menentukan merah birunya kehidupan. Oleh sebab itu memang logis leluhur orang Bali mengajarkan tentang Hari Saraswati hari lahirnya dan memuliakan ilmu pengetahuan.

Pada Hari Saraswati itu sekaligus melakukan introspeksi diri, sejauh mana kemajuan ilmu yang dimiliki telah membuat kehidupan ini lebih baik. Pada Hari Saraswati itu pula mesti ingat kembali pada ajaran “Sapta Timira”, tujuh hal yang membuat pikiran manusia menjadi gelap.

Salah satunya adalah “guna” (kepandaian) yang dapat menyebabkan kegelapan dalam hidup, jika kepandaian dari belajar ilmu pengetahuan tidak diamalkan berdasarkan Dharma (kebaikan).

Demikian pula lembaga pendidikan sebagai wahana menimba ilmu pengetahuan, pada Hari Saraswati itu perlu melakukan evaluasi, sejauh mana telah berperan sebagai jembatan transformasi ilmu pengetahuan.

Apakah proses belajar mengajar yang dilakukan selama ini mampu menanamkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan masyarakat, sehingga orang tua tidak acuh tak acuh terhadap putra-putrinya.

Demikian pula orang Bali pada Hari Saraswati itu membiasakan diri melakukan “Dana Punia” yakni memberikan bantuan secara iklas kepada mereka yang terhempas dalam dunia pendidikan.

Pemberian “Beasiswa Dewi Saraswati” itu sangat penting artinya dalam menyukseskan pendidikan bagi setiap anak didik dalam era globalisasi dewasa ini, harap Ketut Sumadi.

Tulus iklas Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Drs I Ketut Murdana, MSi umat Hindu selama berabad-abad melakukan ritual dengan sikap tulus ikhlas dan keyakinan yang tinggi sebagai wujud rasa bakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Umat tanpa perlu pikir panjang atau hirau mempertanyakan, mengapa harus seperti itu yang penting melakukan ritual sesuai petunjuk dan keyakinan.

Ia yang juga Guru Ashram Vrata Wijaya Denpasar dengan gelar Sri Hasta Dhala dibalik keyakinan itu, tentu disisi lain timbul pertanyaan sudahkan memiliki kewenangan dan kuasa atas pengetahuan suci yang dilimpahkan.

Berkaitan dengan hal itu kewaspadaan dan keyakinan patut dibangun secara sinergis agar mampu mewujudkan jiwa yang besar, semangat pengabdian yang kuat, benar dan suci.

Lahirnya sikap kritis dalam diri menjadi salah satu wujud aliran pengetahuan yang telah memasuki kesadaran. Ketika hal itu terjadi, berarti aliran kasih-Nya dalam wujud Dewi Saraswati mengalir melalui pengetahuan yang telah menembus, membangkitkan kesadaran dan kesucian jiwa.

Terbukanya aliran kesadaran itu patut dipelihara dan dikembangkan agar menemukan inti terdalam dari suatu misteri, itulah kewajiban yang lahir dari aliran pengetahuan.

Oleh sebab itu memuliakan Dewi Saraswati atas berkat, tuntunan serta perlindungan-Nya dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan atau kabut misteri kehidupan sangat penting dilakukan.

Sifat-sifat kepanutan yang telah terjaga dengan baik di masyarakat Bali selama ini, sangat penting dipelihara dan ditunjang dengan pengetahuan yang memadai agar menumbuhkan keyakinan terhadap kewajiban ritual yang berpengetahuan.

Hal ini sangat penting dibangun untuk menghadapi persoalan ritual di masyarakat dan kini sangat berubah dan berkembang menjadi kreasi-kreasi yang membengkak tanpa sumber pengetahuan yang jelas, bahkan mengaburkan inti sejatinya sehingga menjadi beban yang mesti dipikul olah masyarakat, secara terus menerus, ujarnya. AN-MB