UGM: Nyamuk wolbachia efektif saat mencapai 60 persen populasi
Peneliti sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Prof Adi Utarini menyampaikan pemaparan terkait nyamuk wolbachia dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa (28/11/2023). ANTARA/HO-Youtube Komisi IX DPR RI Channel/pri.
Jakarta, (Metrobali.com)
Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Adi Utarini mengemukakan inovasi nyamuk wolbachia efektif menekan replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti saat populasinya mencapai 60 persen di satu kawasan.
“Ketika sudah mencapai 60 persen, mereka akan berkembang biak secara alami,” kata Peneliti sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Prof Adi Utarini dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.
Metode pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dilakukan secara bertahap menggunakan ember yang di dalamnya diisi dengan telur nyamuk Aedes aegypti.
Setiap ember diletakkan di setiap rumah berjarak sekitar 75 meter dari satu rumah ke rumah yang lain. Kemudian, setiap dua pekan telur nyamuk yang ada di ember diganti airnya.
“Dengan demikian selama enam bulan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia akan menyebar di masyarakat,” kata Uut, demikian ia biasa disapa.
Dalam waktu yang bersamaan, peneliti menyebarkan 250 alat perangkap nyamuk berupa ember untuk menyedot serangga.
“Sehingga di seluruh Kota Yogyakarta kami tempatkan sekitar 250 trap yang setiap pekan kami ambil dan ada yang hitung satu per satu, ada serangga apa saja yang tertangkap di situ. Kemudian Aedes aegypti-nya berapa, ini dihitung dalam penelitian ini,” katanya.
Ketika populasi nyamuk wolbachia sudah mencapai populasi 60 persen, kata Uut, nyamuk tersebut akan berkembang biak secara alami.
Terdapat tiga transmisi Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti. Pertama, terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia sehingga penetasan telur menghasilkan nyamuk wolbachia.
Kedua, nyamuk jantan tak ber-Wolbachia kawin dengan betina ber-Wolbachia sehingga tetasan telur menghasilkan nyamuk wolbachia.
Ketiga, terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina tidak ber-Wolbachia sehingga telur tidak akan menetas.
Wolbachia dianggap mampu membendung penularan virus dengue karena memiliki kemampuan berkompetisi makanan antara virus dan bakteri di dalam sel nyamuk, dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus dengue tidak dapat berkembang biak.
“Ketika sudah mencapai 60 persen, ember itu kita tarik dan pelepasan kita hentikan,” katanya.
Salah satu keunggulan nyamuk wolbachia ketika pelepasan dihentikan, kata Uut, nyamuknya berkembang biak secara alami dengan nyamuk di alam dan terus bereplikasi di alam.
Sumber : Antara