ilustrasi rel kereta api
Denpasar (Metrobali.com)-
Pemerintah pusat hingga saat ini masih menunggu MoU dari Pemprov Bali terkait dengan pembangunan kereta api wisata yang dirancang keliling Bali.
Direktur Lalulintas dan Angkutan Kereta Api Direktorat Perkeretaapian Indonesia, Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan, hingga saat ini pusat masih menunggu MoU dari Pemrov Bali untuk menindaklanjuti pembangunan kereta api wisata keliling Bali.
“Kalau belum ada MoU, maka pemerintah pusat tidak bisa melakukan apa-apa. Kita butuh MoU untuk bertindak cepat, sehingga pembangunan kereta api tersebut segera direalisasikan,” ujarnya.
Ia menegaskan, sudah saatnya Bali membutuhkan kereta api wisata. “Kalau orang bertanya kepada saya, apakah penting membangun kereta api wisata di Bali, maka saya akan menjawabnya sangat penting dan bahkan dibutuhkan segera,” ujarnya.
Ada beberapa alasan, pertama, karena Bali adalah daerah tujuan wisata internasional yang semakin hari semakin padat. Tentu saja kemacetan sangat tidak diharapkan oleh daerah pariwisata seperti Bali. Namun fakta menunjukkan, di beberapa titik di Bali, kemacetan sudah tidak bisa dihindari sekalipun itu hanya berlangsung secara insidental. Karena kemungkinan, 5 sampai 10 tahun lagi, Bali akan sangat berubah. Kedua, kenapa harus kereta api. Jawabannya, kereta api itu bisa mengangkut banyak orang sekali jalan, murah meriah, aman, serta hemat energi.
“Makanya kereta api wisata Bali perlu diperjuangkan secara serius. Juga sangat dibutuhkan untuk transportasi jangka panjang di Bali,” ujarnya.Soal pembangunan yang perlu segera dikaji. Lagi-lagi bila belum ada MoU dengan Pemprov Bali, maka pihaknya tidak bisa bergerak cepat. Imbuhnya, soal siapa yang akan membangun, bisa swasta bisa juga pemerintah.

Hal ini sangat tergantung pada studi kelayakan yang dilakukan. Bila menguntungkan, menurutnya bisa diserahkan ke swasta. Namun bila secara ekonomi tidak menguntungkan untuk beberapa tahun awal, maka pemerintah harus ambil alih, pemerintah harus masuk karena hal ini sudah menyangkut hajat hidup orang banyak.
Untung rugi itu urusan belakangan, tambahnya. Namun ia optimis, kereta api itu tidak mungkin tidak untung. Hanya saja, investasinya mahal dan dalam waktu yang sangat panjang. Anggarannya pun tidak sampai Rp10 triliun.
“Paling mahal Rp5-7 triliun. Tantangan yang dihadapi adalah lahan dan kearifan lokal Bali. Terkait hal ini, maka Gubernur Bali yang paling mengetahuinya. Makanya pusat masih menunggu MoU dari Bali,” pungkas dia.SIA-MB