Tabanan (Metrobali.com)-

Puluhan petani Se – Kabupaten Bali dengan semangat tinggi menghadiri acara Pelantikan dan Penyumpahan yang dilakukan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, SE, MBA, bertempat di Medori Farm Jalan Wisnu Apit Jaring Belayu Batannyuh Marga Tabanan, Bali , Rabu (31/5/2023).

Meski di gelar secara sederhana dengan memanfaatkan Green House yang dibuat sendiri oleh Petani Dewa Made Suryawan yang telah melanglang buana sebagai petani di Jepang hampir selama 20 tahun pasca Bom Bali Satu 2002 silam. Ini merupakan momen yang menorehkan tonggak sejarah baru bagi petani yang sering mendapat stigma yang tidak menyenangkan: miskin dan tak berdaya.

Dewa Made Suryawan salah satu petani menceritakan pengalaman sebagai petani di Jepang, dimana petani mendapat perhatian dan apresiasi yang tinggi dari pemerintah Jepang. Kenyamanan sebagai petani di Jepang membuatnya terlena di sana sampai harus dijemput sang anak untuk kembali ke Bali.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho yang juga Pembina Yayasan, melantik dan memberikan wejangan tentang masih tingginya kebutuhan 16 juta wisatawan akan produk pertanian, yang selama ini justeru disuplai dari luar Bali.

Gede Suarsa Ketua Umum Yayasan Bhakti Petani Nusantara, dalam sambutannya mengatakan, terbentuknya Yayasan dan Koperasi Bhakti Mandiri, bukan lagi sebagai sebuah keprihatinan, namun dengan keinginan untuk mengubah stigma bahwa jadi petani itu miskin dan tak berdaya. Keluhan para petani betapa susahnya untuk menjual produk hasil panen mereka, justeru merupakan tugas mulia bagi Yayasan dan Koperasi ke depan.

”Terbentuknya Yayasan dan Koperasi ini juga sekaligus sebagai jawaban atas keluhan dan keprihatinan atas semakin banyaknya alih fungsi lahan yang semakin menggerogoti lahan pertanian yang merupakan ancaman serius bagi pertanian Bali, yang diutarakan salah satu perwakilan petani saat Temu Wicara dengan Bapak Moeldoko di Jambe Asri Batu Bulan satu bulan silam,” ungkapnya.

Usai acara Pelantikan dan Penyumpahan, dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa stand pameran produk pertanian dan diakhiri dengan demo penanaman pokcay yang dilakukan oleh owner Medori Farm dengan alat yang cukup canggih buatan Jepang. Selanjutnya Bapak Trisno Nugroho dengan penuh antusias bak petani tulen mencoba melakukan penanaman benih pokcay tersebut.

Sebagai apresiasi atas perhatian yang mendalam terhadap pertanian di Bali, Ketua Umum Yayasan menghadiahkan buku Karma Yoga, yang merupakan edisi populer dari disertasi karya Bapak Anand Krishna di Sedona University, kepada Bapak Trisno Nugroho.

Selain bertujuan agar petani hanya fokus pada produksi dan tidak memikirkan pemasaarn lagi, Yayasan dan Koperasi memiliki niat mulia untuk menundukung keberlanjutan pertanian khususnya menciptakan Next Millenial Generation dengan memanfaatkan alat pertanian modern, seperti diungkapkan Ketua Paninia Bapak I Gusti Alit Indradhyana. Hanya pertanian yang akan mampu menyelamatkan Bali ke depan.

Dalam sebuah artikel berjudul Manusia Bali, Bunga, Pangan, (Radar Bali, 15 Juni 2008), tokoh spiritual Bapak Anand Krishna sudah mengingatkan bahwa Bali sebelum tahun 1930-an sesungguhnya dikenal dunia sebagai pemasok kelapa dan kelapa sawit nomor satu. Para pedagang datang dengan kapal kosong dan pulang dengan kapal berisikan hasil bumi yang mereka jual dengan harga sangat tinggi di pasar internasional. Mereka akhirnya mulai berpikir tentang cost efficiency. Awalnya mereka mengajak teman-teman mereka untuk berkunjung ke Bali dengan biaya yang sangat rendah, asal kapal mereka tidak kosong. Kemudian, pada tahun 1930, datanglah rombongan wisatawan pertama. Inilah awal organized tourism. Jumlah mereka yang berkunjung mencapai 100 orang.

Saat itu pariwisata merupakan bonus bagi Bali, sama sekali tidak tergantung pada tourisme. Pun tidak tersedia fasilitas yang memadai, namun para wisatawan manca negara senang dengan apa saja yang mereka peroleh di Bali. Inilah genre wisatawan yang sopan, santun, terpelajar, berpendidikan, dan cinta Bali. Hingga saat ini pun tulisan-tulisan mereka masih menjadi acuan ilmiah bagi studi manapun tentang Bali.

“Pariwisata dan Pertanian harus saling mendukung. Pertanian maju, maka masyarakat sejahtera,” ungkap Trisno Nugroho kepada Nuswantara saat di temui di Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu (31/5/2023).

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Kepala Dinas Pertanian Tabanan, perwakilan Apindo Bali, PHRI Bali dan konsultan PT Tetra Amanah Mita sekaligus penulis buku Supplay Chain, Bambang Haryo Pihatmanto, yang sengaja datang dari Jakarta, serta tokoh masyarakat Tabanan.