IDE besar yang melatarbelakangi keputusan Pemerintah Provinsi Bali mengoperasikan moda transportasi umum (public transportation) Trans Sarbagita adalah mengurangi kendaraan pribadi yang menyebabkan kemacetan di kota Denpasar, ibukota Bali. Trans Sarbagita mulai dioperasikan 18 Agustus 2011 dan akan terus dioperasikan seiring semakin meningkatnya penghargaan terhadap moda transportasi massal ini.

Untuk makin mendekatkan moda transportasi ini dengan masyarakat, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menggratiskan Trans Sarbagita Koridor 1 dan koridor 2 selama tiga bulan mulai 1 Juni s.d 31 Agustus 2012. Penggratisan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana minat masyarakat Bali menggunakan moda transportasi ini sekaligus memeriahkan HUT ke-54 Provinsi Bali 14 Agustus 2012, HUT ke-67 RI 17 Agustus 2012, Pesta Kesenian Bali (KB) ke-34 dari 10 Juni s.d 9 Juli 2012 dan liburan panjang sekolah tahun ajaran 2012. Trayek yang digratiskan adalah jurusan Batubulan – Nusa Dua dan Kota – GWK. Demikian pengumuman pada situs jejaring sosial facebook Trans Sarbagita.

Tanggapan masyarakat atas keputusan menggratiskan Trans Sarbagita ini cukup bagus. Ini terekam dari dukungan media massa dan pengunjung facebook Trans Sarbagita. Sejumlah besar media massa di Bali bersemangat dan optimistis memuat keputusan itu. Mereka memberi penghargaan dengan memuat secara spontan kebijakan itu. Tidak ada yang mengrikritik. Beberapa bahkan memuat lebih dari sekali.

Dari jejaring sosial facebook terekam, masyarakat senang pada kebijakan ini. Ada yang mengatakan keren. Ada juga yang berpendapat asyik. Di bagian lain ada yang mengajukan pertanyaan kapan koridor 1 dioperasikan. Lainnya lagi mengajukan usul agar bus yang sudah dilengkapi pendingin udara (AC/air conditioner) dan musik ini dilengkapi lagi dengan wi-fi. Sebuah masukan yang masuk akal.

Pengaduan juga mulai masuk. Salah seorang pelanggan menuturkan, setiap Sabtu dan Minggu ia memanfaatkan Trans Sarbagita untuk perjalanan ke atau dari Nusa Dua. Yang kurang mengesankan bagi pengguna ini, kondektur bus sering tidak menyiapkan uang pecahan Rp.500,00 untuk uang kembalian. Akibatnya, ia sering membayar Rp.4.000,00 sekali berangkat. Bukan Rp.3.500 seperti tarif resmi.

Terlepas dari pendapat dan masukan tersebut yang cenderung berbau laporan ABS (asal bapak senang) saja, kenyataan di lapangan memang berbicara positif. Pemanfaatan Trans Sarbagita mulai menggembirakan. Terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Beberapa halte seperti dekat Simpang Padang Galak, Terminal Batubulan, Simpang Tohpati, Simpang Dewa Ruci – Kuta, dan yang lainnya mulai ramai calon penumpang.

Sementara sejak Trans Sarbagita digratiskan 1 Juni 2012, penulis melihat langsung, puluhan anak sekolah dasar diantar orang tua dan gurunya naik bus Trans Sarbagita menuju Nusa Dua. Mereka naik bersama di Halte Suwung Kangin, dekat jalan masuk TPA Suwung,  menuju Nusa Dua. Itu terjadi Jumat pagi 8 Juni 2012. Penulis berkeyakinan, pada kesempatan libur sekolah 2012, pemandangan seperti itu pasti makin sering terlihat.

Ini penulis samapikan karena tidak ada angkutan umum yang nyaman, bersih dan murah seperti Trans Sarbagita saat ini. Belum lagi waktu keberangkatan yang lebih pasti dibandingkan angkutan umum lainnya. Mana ada pula angkutan umum dengan bus berAC, musik, dan pelayanan murah semurah Trans Sarbagita. Tidak ada. Apalagi jika nanti dilengkapi wi-fi. Oleh karena itu, salah seorang pengunjung facebook Trans Sarbagita memprotes keluhan pelanggan yang mengatakan tidak mendapat uang kembalian Rp.500,00. Menurut pengunjung itu, dengan membayar Rp.4.000,00 pun tidak akan mahal karena sudah dapat bus berAC, musik dan sampai sesuai jadwal. Itu ia bandingkan dengan naik motor yang berpanas-panas dan tidak ada musik.

Terlepas dari kenyataan tersebut, kiranya upaya-upaya sosialisasi mengenai kebijakan pro rakyat seperti penggratisan Trans Sarbagita ini tetap masih sangat diperlukan. Berbagai media komuniksi harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. Hal ini disebabkan jalinan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, diakui ataupun tidak, saat ini sangat lemah sebagai dampak berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cenderung bersifat individu. Penguatan komunikasi publik antara pemerintah dengan seluruh elemen masyarakat akan sangat membantu kesuksesan pelaksanaan program-program pro rakyat seperti ini, termasuk program Bali Mandara lainnya.

 

Meningkat

Bahwa Trans Sarbagita makin diminatinya masyarakat sesungguhnya sudah pernah dimuat Harian Bisnis Bali. Menurut harian tersebut, sejak beroperasi 18 Agustus 2011, animo masyarakat menggunakan angkutan masal ini menunjukkan peningkatan. Data September 2011 menunjukkan, ada peningkatan jumlah penumpang hingga 40 persen dari rata-rata 700 orang per hari (Agustus 2011) menjadi 1.307 orang (September 2011). Meskipun demikian, peningkatan itu belum mencapai target rata-rata 1.326 penumpang per hari.

Koran itu juga memberitakan, total jumlah penumpang mulai Agustus-September 2011 mencapai 20.229 orang dengan segmentasi masih didominasi masyarakat umum (71 %), 27% siswa dan mahasiswa, dan sisanya wisatawan asing maupun domestik. Data ini menunjukkan bahwa pengoperasian rans Sarbagita telah sesuai harapan yakni melayani masyarakat umum, karyawan swasta dan pemerintahan hingga pelajar dan mahasiswa.

Bagaimana perkembangan jumlah penumpang Trans Sarbagita tahun 2012 ini memang belum pernah dipublikasikan secara luas. Namun, bagaimanapun perkembangan itu, kita patut memberikan penghargaan atas upaya sungguh-sungguh Pemprov Bali dibawah kepemimpinan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wagub Drs. Puspayoga untuk menghidupkan kembali moda transportasi massal yang sudah disinyalir 20 tahun ditinggalkan masyarakat. Termasuk penggratisan Trans Sarbagita selama tiga bulan ini. Kita juga berharap, dalam waktu dekat, Pemprov Bali benar-benar mampu mengoperasikan Trans Sarbagita koridor 1 (Denpasar Kota – GWK PP) dengan sukses atas dukungan seluruh elemen masyarakat Bali. Dengan demikian, koridor-koridor lainnya akan dapat dioperasikan dengan baik dan sesuai harapan untuk mewujudkan lalulintas Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) yang lancar (tidak macet dan semrawut) sebagaimana latar belakang pengoperasian Trans Sarbagita.

Oleh: I D.P. Gandita Rai Anom, S.TP