Buleleng (Metrobali.com)-

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng yang juga selaku Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng Gede Suyasa merumuskan strategi penanganan inflasi Buleleng hingga ke desa. Inflasi di Buleleng diharapkan dapat dikendalikan mulai dari desa, sehigga berkontribusi pada deflasi Kabupaten Buleleng.

Hal tersebut disampaikannya ditemui usai memimpin rapat koordinasi pengendalian inflasi, di Lobi Kantor Bupati Buleleng, Rabu (31/8). Dalam rapat tersebut, tidak hanya melibatkan perwakilan SKPD terkait, namun juga mengunang unsur kepala desa.

Suyasa menyampaikan bahwa TPID Kabupaten Buleleng menindaklanjuti dengan aktif instruksi pusat melalui Menkormarves dan Mendagri. Dimana, pengendalian Inflasi diharapkan aktif hingga ke desa. TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi hingga desa harus aktif bahu-membahu untuk mengendalikan inflasi.

“Kalau setiap perbekel membantu mengendalikan inflasi, maka naiknya ke kebupaten lebih ringan, ke provinsi lebih ringan, dan seterusnya,” ungkapnya.

Setiap pihak termasuk desa, dapat berkontribusi dalam upaya penanggulangan inflasi dengan menggunakan sumber-sumber anggaran. Yang diatur oleh regulasi masing-masing, dalam hal pengendalian. Dirinya mencontohkan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah mengeluarkan petunjuk teknis penggunaan dana desa untuk pengendalian inflasi.

“Kan ada 20% untuk ketahanan pangan, itu bisa dimanfaatkan dirumuskan untuk mengendalikan inflasi. Kemudian desa menggunakan bumdesnya, sebagian tempat logistik untuk pengendalian pangan. Ptomatis kalau berjalan baik pasti inflasi desa rendah, kebupaten otomatis lebih ringan. ” paparnya.

Suyasa menyatakan peranan desa sangat besar dalam pengendalian inflasi. TPID Buleleng telah merumuskan bahwa setiap desa akan menanam cabai seluas 10 are. Di mana diketahui, cabai menjadi salah satu komoditas pemicu inflasi. Perbekel diharapkan untuk aktif menyiapkan luasan tanah. Serta berkoordinasi dengan TPID, sehingga tidak ada kendala kesalahpahaman.

“Tanah entah di satu atau beberapa tanah tersebar. Yang penting kondisi di desanya. Nanti dinas pertanian memberi bibit. Kalau semua kompak dan saling menguatkan, pasti inflasi bisa dikendalikan,” tegasnya.

Pengelolaan cabai yang ditanam di lahan seluas 10 are di tiap desa tersebut, akan dikembalikan ke desa. Kalau semua desa sudah menanam, Suyasa memperkirakan akan ada kurang lebih 15 ton cabai yang dihasilkan. Diharapkan, hasil tersebut bisa membantu mencukupi kebutuhan cabai di masing-masing desa.

“Mungkin tidak seluruhnya. Setidaknya mengurangi kebutuhan cabai dari luar. Kalau sekarang kan banyak dari luar, kecuali desa memproduksi cabai. Itupun beberapa cabai kita sinyalir dijual ke luar pulau,” ujar dia.

Suyasa mengharapkan bahwa TPID Buleleng bisa segera mengendalikan inflasi dalam batas wajar. Sesuai arahan presiden, setiap daerah bisa agar dikendalikan inflasinya tidak lebih dari 4 persen. Jika Bulan Agustus bisa deflasi, maka akumulasi inflasi Buleleng diperkirakan sekitar 4 persen. Turun dari akumulasi 2022 hingga Bulan Juli yaitu 5,31 persen.

“Besok 1 september data akan dilansir BPS. Semoga kita Agustus ini deflasi.  Berarti kita bisa menurunkan akumulasi hingga Bulan Agustus dengan angka 4 persen. Lalu kita akan pertahankan,” tegasnya.

 

Sumber : Humas Pemkab Buleleng