forbali poto Suksesi

Denpasar (Metrobali.com)-

Penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa oleh masyarakat Bali semakin meluas. Kini baliho penolakan reklamasi teluk Benoa dan pencabupatn Perpres no. 51/2014 semakin semarak di banjar banjar dan desa desa di Bali. Bahkan, penilakan Reklamsi Teluk Benoa yang sebelumnya berasa di kawasan pesisir Pantai teluk Benoa dan sekitranya, kini sudah merambah Kota Denpasar dan Kabupaten lainnya di Bali.

Banyak pihak mengatakan bahwa reklamasi Teluk Benoa tidak memberi keuntungan kepada Bali. Namun, sebaliknya akan merusak alam dan budaya Bali. Koordinator ForBALI Wayan Gendo Suardana menjawab pertanyaan mengenai alasan reklamasi yang disebut-sebut akan seperti Singapura. Menurut Gendo, Bali bukan Singapura sehingga tidak sepatutnya dibandingkan terkait rencana reklamasi.

“Kita sudah memiliki semuanya, bukan seperti Singapura yang tidak memiliki kekayaan alam seperti di Bali,” kata Gendo, belum lama ini kepada Metro Bali. Karena itulah Bali kata dia tidak bisa dibandingkan dengan Singapura.

Dia juga menjelaskan mengenai dampak reklamasi yang dilakukan oleh Singapura. “Dampaknya sampai negara kita, lingkungan rusak, bahkan ada pulau yang hilang, akibatnya pariwisata lamban laun juga akan ikut hilang,” imbuhnya. Untuk itulah dia membantah keras tentang wacana yang dilontarkan oleh pihak yang pro reklamasi jika Bali bisa direklamasi seperti halnya Singapura.

“Silahkan berkaca pada pariwisata Hawai, kemudian Ukraina yang karena banyak pembangunan disana wisatawan enggan lagi berkunjung disana,” paparnya. Dengan semakin banyaknya pembangunan kata dia, maka keindahan alam akan dengan sendirinya hilang. Terlebih wilayah Bali selatan khususnya wilayah Badung dianggap sudah sangat overload dengan pembangunan hotel serta akomodasi pariwisata lainnya. RED-MB