Tolak merger, Nissan-Renault pilih dua strategi ini
Jakarta (Metrobali.com) –
Ketimbang merger, Nissan-Renault memilih untuk menjalankan strategi “pimpinan-pengikut” dan “pembagian wilayah”.
Seperti diketahui, Nissan menolak proposal Renault yang mencoba untuk merger sepenuhnya karena para eksekutif merasa produsen mobil Prancis itu pernah bersikap tidak adil, sehingga menabur perselisihan yang dikhawatirkan merusak kemitraan.
Pandemik COVID-19 ibarat badai besar yang menerjang perusahaan otomotif. Mereka terpaksa merombak strategi untuk bertahan ketimbang berjuang untuk kepentingan antar-perusahaan.
Untuk itu, alinasi Nissan-Renault akan mengumumkan perombakan strategi dengan harapan mereka bisa berdamai dan menyelesaikan masalah masing-masing maupun aliansi.
Seorang sumber senior dari Nissan mengutip pepatah Jepang “Setelah hujan, bumi mengeras,” yang artinya hubungan akan semakin kuat setelah diterpa hujan.
Kelima sumber dalam aliansi, yang juga termasuk Mitsubishi Motors Corp, menolak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang berbicara dengan media.
Nissan-Renault merencanakan restrukturisasi besar-besaran dan pengurangan biaya yang dapat mempengaruhi puluhan ribu pekerjaan. Perusahaan Jepang itu akan mengumumkan langkah-langkahnya pada 28 Mei dan mitra Prancisnya kemungkinan akan mengikuti keesokan harinya.
Sebelumnya, Mitsubishi, Nissan dan Renault mengadakan konferensi pers bersama pada 27 Mei, di mana mereka diharapkan dapat menguraikan filosofi baru “pemimpin-pengikut” untuk aliansi.
Sumber tersebut mengatakan perusahaan tidak mungkin mengungkapkan detail pada pekan ini, namun pendekatan baru akan digunakan untuk berbagi biaya karena perusahaan masih bekerja pada proyek-proyek tertentu.
“Namun, krisis di kedua pembuat mobil telah mempercepat upaya untuk menyelesaikan ketidaksepakatan yang telah menghambat kolaborasi dan pembagian biaya dalam pengembangan teknologi dan produk selama lima tahun,” kata sumber tersebut.
Kendati demikian, Mitsubishi, Nissan dan Renault semuanya menolak berkomentar tentang rencana aliansi.
Pimpinan dan pengikut
Aliansi itu akan terus meningkatkan produksinya, setelah menghasilkan lebih dari 10 juta kendaraan untuk pertama kalinya pada tahun 2017, setelah Mitsubishi bergabung dalam kemitraan.
Kendati demikian, perselisihan terus-menerus hadir karena masalah tentang berbagi biaya inovasi dan pengembangan kendaraan baru yang semakin memburuknya hubungan dan berniat untuk menghentikan rencana membentuk aliansi yang lebih erat.
“Para eksekutif Nissan percaya bahwa insinyur mereka secara substansial lebih produktif daripada rekan-rekan dari Renault dan cara pembuat mobil Prancis mengusulkan untuk menggabungkan teknologi dan pengembangan produk tidak memperhitungkan dengan benar kekayaan intelektual Nissan,” tiga sumber mengatakan.
“Insinyur Nissan rata-rata menghasilkan 40 persen lebih dari rekan-rekan Renault dalam waktu yang dihabiskan untuk bekerja,” kata salah satu orang dalam kepada Reuters pada Januari.
Chief Operating Officer Nissan, Ashwani Gupta dan Ketua Renault Jean-Dominique Senard keduanya adalah pendukung utama dari pendekatan baru yang mereka sebut sistem “pemimpin-pengikut”, sumber tersebut mengatakan kepada Reuters.
Sistem itu memungkinkan adanya satu perusahaan untuk memimpin pengembangan kendaraan atau teknologi di wilayah tertentu di mana jenis mobil itu menjadi populer.
Pembagian wilayah
Pendekatan baru dapat dilakukan di beberapa tempat di seluruh dunia, misalnya Renault dan Nissan di Eropa dan Amerika Selatan, serta Nissan dan Mitsubishi di Asia Tenggara dan Jepang.
Di bawah hubungan kerja yang baru, Nissan dapat memimpin di Eropa dengan crossover sport-utility vehicles (SUV), sementara Renault beroperasi sebagai “pengikut” dalam memasarkan kendaraan van komersial dan city car.
“Pabrik Nissan di Sunderland di Inggris sangat penting,” kata mereka.
Renault dan Nissan berencana untuk mengubah pabrik perakitan menjadi hub untuk kendaraan utilitas sport seperti Nissan Qashqai dan Juke, juga Renault Kadjar dan Captur.
Mitsubishi juga dapat membantu aliansi untuk wilayah Asia Tenggara.
Perusahaan sedang mengerjakan rencana itu meskipun belum jelas kapan keputusan akhir akan dibuat. (Antara)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.