Denpasar (Metrobali.com)-

Tokoh Puri Gerenceng Pemecutan, Denpasar, Anak Agung Ngurah Agung, mengingatkan pentingnya filosofi Tri Hita Karana pada setiap aspek kehidupan.

“Dunia internasional saja mengadopsi filosofi ini, bagaimana mungkin masyarakat Bali tidak menjalankannya?” katanya di Denpasar, Jumat (11/10).

Filosofi Tri Hita Karana yang menjadi pedoman hidup umat Hindu di Bali menyeimbangkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan antarsesama manusia itu telah disepakati oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik sebagai landasan pembangunan sektor pariwisata berkelanjutan pada KTT APEC beberapa waktu lalu.

Menurut dia, filosofi dan konsep kehidupan yang cocok dengan program pembangunan berkelanjutan yang memanifestasikan nilai-nilai manusia, masyarakat, dan alam.

“Pembangunan berkelanjutan itu sangat penting untuk dijalankan sehingga dibutuhkan jaringan yang kuat untuk mewujudkannya,” ujar calon anggota DPRD Provinsi Bali dari Partai Golkar itu.

Walaupun konsep itu sudah ditawarkan kepada dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomo Asia-Pasifik (APEC) di Bali, pihaknya tidak takut jika semua negara menirunya.

“Tidak masalah jika negera lain atau daerah lainnya ikut mengaplikasikan konsep Tri Hita Karana itu,” kata Ketua Persaudaraan Hindu-Muslim Bali (PHMB) itu.

Menurut Ngurah Agung, semua daerah memiliki karakter dan kearifan lokal bereda. Dengan demikian, walaupun negera lain meniru konsep itu untuk diterpakan dinegeranya nantinya tidak akan sama persis dengan kondisi di Pulau Dewata.

Sebelumnya pada Konferensi Internasional Tri Hita Karana untuk Pembangunan Berkelanjutan dalam rangkaian KTT APEC, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menyatakan nilai tersebut akan diimplementasikan oleh para jaringan solusi pembangunan berkelanjutan yang digagas oleh PBB.

Mari Pangestu mengatakan pendirian jaringan untuk mensukseskan pembangunan berkelanjutan yang terdiri atas kalangan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta yang mengacu kepada jaringan dunia, Pembangunan Jaringan Solusi Berkelanjutan (SDSN) dibawah PBB.

Pembangunan berkelanjutan tersebut sangat penting untuk dijalankan sehingga dibutuhkan jaringan yang kuat untuk mewujudkannya. Jaringan tersebut menurut dia terdiri atas banyak dimensi seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya serta melibatkan berbagai pengambil kebijakan.

“Jaringan tersebut terdiri atas perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta serta melibatkan pemerintah daerah untuk mensukseskan program pembangunan berkelanjutan,” katanya. AN-MB