minggu12maret7


Denpasar, (Metrobali.com) –


Kunjungan Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz Al Saud membawa angin segar bagi sektor pariwisata Bali. Pemprov Bali menangkap sinyal positif ini sebagai peluang untuk mengoptimalkan promosi pariwisata ke Arab Saudi. Penegasan itu diutarakan Sekretaris Dinas Pariwisata Bali Cokorda Bagus Pemayun dalam orasinya di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (12/3).
Lebih jauh Cok Bagus Pemayun mengurai, karena latar belakang kultur, pasar pariwisata Bali selama ini agak kesulitan menarik wisatawan dari Negara Kawasan Timur Tengah. Namun kedatangan Raja Salman merubah persepsi tersebut dan merupakan peluang emas bagi Bali untuk lebih serius menggarap pasar Arab Saudi. “Logikanya kalau rajanya datang, rakyatnya juga akan datang berkunjung,” imbuh dia. Terlebih, keluarga kerajaan sangat menikmati plesiran mereka ke Pulau Dewata. Bahkan, Raja Salman beserta keluarga memutuskan untuk memperpanjang liburannya di Bali. “Itu menandakan bahwa Raja Salman beserta keluarga merasa nyaman menikmati liburan di sini,” imbuhnya. Cok Pemayun meyakini, kunjungan Raja Salman merupakan promosi gratis dan mampu mendongkrak citra pariwisata Bali di mata dunia internasional, khususnya negara-negara kawasan timur tengah. 
Pada bagian lain, Cok Bagus Pemayun menerangkan bahwa Arab Saudi merupakan pangsa pasar potensial bagi Pariwisata Bali. Wisatawan Arab memiliki daya beli cukup tinggi yaitu rata-rata mencapai USD 1.800. Daya beli wisatawan Arab ini lebih tinggi dari rata-rata wisatawan dunia yang dicatat UNWTO yaitu sebesar USD 1.200. Selain dikenal dengan daya belinya yang tinggi, periode tinggal saat berwisata juga paling lama yaitu mencapai 10,08 hari. “Mereka biasanya berlibur saat musim haji dan musim panas,” ujarnya. Peluang inilah yang akan lebih serius digarap Pemprov Bali. 
Dalam kesempatan itu, Cok Pemayun juga menginformasikan jumlah kunjungan Wisatawan Arab Saudi ke Bali mengalami peningkatan cukup signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. “Peningkatannya rata-rata 38,37 persen yaitu dari 2.860 wisatawan di tahun 2012 menjadi 10.243 orang pada tahun 2016,” bebernya.

PB3AS minggu ini juga diisi orasi dari sejumlah tokoh dan masyarakat umum. Mantan Rektor Universitas Udayana Prof. Ketut Sukardika dalam orasinya menyinggung tentang penyakit psikologis seperti rakus dan keraksasaan yang memicu banyaknya tindak korupsi. Selain itu, Prof. Sukardika juga menghimbau masyarakat lebih berhati-hati mengkonsumsi makanan terkait munculnya penyakit Meningitis Streptococcus Suis yang ditularkan melalui babi. Masih dalam orasinya, Sukardika juga mengapresiasi gagasan Pemprov melibatkan anak SMA/SMK pada pelaksanaan PB3AS. Dia berharap, lebih banyak lagi generasi muda yang bicara di podium.

PB3AS minggu ini juga dimeriahkan penampilan siswa SMAN 5 Denpasar yang membawakan musikalisasi puisi dan tarian joged. Di sela-sela pertunjukan kesenian, Ketua OSIS SMAN 5 Komang Trisa Sari Damayanti juga tampil berorasi. Dalam orasinya, dia mengajak kalangan generasi muda mendukung upaya pelestarian adat dan budaya Bali. Bertalian dengan upaya tersebut, Trisa menyoroti cara berpakaian ke pura di kalangan remaja putri. “Lengannya pendek dengan modifikasi yang cenderung kurang sopan,” ujar seraya mengajak remaja putri berpakaian sopan dan sesuai pakem saat ke pura. Masih dalam orasinya, Trisa menyinggung kebijakan peralihan kewenangan pengelolaan SMA/SMK dari Pemkab/Pemkot ke Pemprov. Dia berharap di bawah kewenangan Pemprov, pengelolaan SMA/SMK menjadi lebih baik.
Sementara itu, Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana dalam orasinya bicara mengenai pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Dia berharap, seluruh masyarakat Bali ikut menjaga keheningan dan ketertiban pelaksanaan Hari Raya Nyepi. “Jangan ada yang foto selfie di jalan saat nyepi,” ujarnya. Himbauan itu tak hanya berlaku untuk masyarakat umum, tapi juga bagi pecalang yang sedang melaksanakan tugas. Dia berharap, pelanggaran yang terjadi pada perayaan nyepi tahun lalu tak terulang lagi tahun ini. “Seperti kasus rame-rame berjualan di areal Danau Beratan, saya tak ingin hal itu terulang pada nyepi tahun ini,” imbuhnya.

Rafika Nadia sebagai pembicara terakhir berorasi tentang bahaya pemakaian rokok elektrik. Mahasiswi Universitas Udayana itu menyebut, meski dipromosikan aman, rokok elektrik itu tetap saja mengandung zat kimia berhahaya yang dapat mengancam kesehatan. Selain itu, rokok elektrik rentan memicu seseorang yang awalnya tidak merokok menjadi perokok. “Bagi masyarakat khususnya remaja non perokok, jangan pernah coba-coba rokok elektrik. Bagi perokok yang ingin berhenti merokok, jangan gunakan rokok elektrik sebagai peralihan. Kalau mau berhenti yang memang harus berhenti,” pungkasnya. AD-MB