Tiga Prinsip Ini Antarkan Demer Sukses 5 Periode di DPR RI: Tulus Berjuang untuk Bali, Pantang Mengkhianati Kepentingan Bali
Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer yang akan kembali dilantik untuk periode kelima sebagai Anggota DPR RI Dapil Bali.
Denpasar (Metrobali.com)-
Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Daerah Pemilihan (Dapil) Bali, Gde Sumarjaya Linggih, yang akrab disapa Demer sosok yang tak asing bagi masyarakat Bali. Empat periode atau dua dekade, 20 tahun, telah ia abdikan di DPR RI Senayan Jakarta sebagai wakil rakyat Bali. Dan kini, 1 Oktober 2024, ia siap melangkah dilantik ke periode kelimanya sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar. Perjalanan panjang penuh liku yang menguji keteguhan hatinya.
Demer kemudian memberikan tips 3 kunci sukses sehingga tetap eksis hingga 5 periode dipercaya oleh rakyat menjadi anggota dewan di DPR RI. Pertama, Demer menekankan pentingnya menjalankan ajaran agama dengan tidak bersikap sombong. Ia percaya bahwa sikap sombong dalam politik bisa menjadi awal dari kehancuran seseorang.
Kedua, Demer menggarisbawahi pentingnya kesetaraan dalam politik, tanpa membedakan antara orang-orang berdasarkan latar belakang mereka. Menurutnya, setiap individu, apakah profesor atau petani, memiliki nilai yang sama dan hak suara yang setara.
Ketiga, ia menekankan fokus pada kepentingan Bali. Demer berpendapat bahwa selama kepentingan Bali diperjuangkan, partai dan masyarakat akan memahami dan mendukung. Ketiga prinsip ini, menurut Demer, merupakan pedoman utama dalam hidup berpolitik dan kunci keberhasilannya.
“Selama kepentingan itu diperjuangkan, saya rasa partai pun akan memaklumi. Nah itu yang menjadi kunci saya, pedoman saya dalam hidup berpolitik,” kata Anggota Komisi VI DPR RI itu belum lama ini.
Sebagai wakil rakyat yang akan kembali dilantik untuk kali kelima di DPR RI menegaskan bahwa selama perjuangan tersebut bertujuan untuk kepentingan Bali, ia akan terus berkomitmen, meskipun kadang perjuangan tersebut mungkin bertentangan dengan kebijakan nasional atau partai. Menurutnya, sebagai anggota dewan sudah sepatutnya memperjuangkan hak-hak dan kebutuhan Bali.
Apalagi suara rakyat Balilah yang membuat para anggota dewan bisa duduk di kursi empuk di Senayan. Jadi Demer mengingatkan bahwa jika kita mengkhianati kepentingan Bali, maka rakyat Bali juga akan berkhianat kepada kita.
“Selama itu perjuangan untuk Bali, ya dan kita ketahui bahwa Bali ini sangat komplek dengan perjuangannya. Dan itu kadang kala bertentangan dengan kebijakan nasional oleh partai, itu mestinya kita membela Bali. Karena sumber kita dari Bali. Kepentingan kita adalah memperjuangkan Bali. Kita berada karena orang Balinya. Tapi ketika nanti kita khianati tentu rakyat akan berkhianat,” tuturnya.
Demer berharap, segala fasilitas dan sumber daya yang diperoleh dari pusat dapat segera dieksekusi dan diterapkan di lapangan untuk manfaat masyarakat. Ia menekankan pentingnya eksekusi yang cepat dan efektif untuk memastikan hasil yang maksimal bagi masyarakat Bali. “Dan saya harap juga dari apapun yang bisa dikerjakan, apa yang didapat fasilitas dari pusat, segera dieksekusi di lapangan, di masyarakat,” tegasnya.
Wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali itu kemudian mengungkapkan impian terbesarnya untuk Bali. Dia mengatakan impian terbesarnya untuk Bali adalah tercapainya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah pulau dewata. Ia mencatat bahwa selama ini pembangunan cenderung terfokus di bagian selatan Bali, baik oleh pemerintah provinsi maupun pusat, karena alasan kemudahan pemantauan dan akses.
“Impian saya yang paling besar di Bali adalah belum terjadinya pemerataan di Bali. Pembangunannya selalu di selatan, baik itu pembangunan oleh kita sendiri, pemerintah provinsi maupun oleh pemerintah pusat juga banyak yang di Bali selatan, karena lebih gampang katanya memonitor, lebih gampang kalau ada pejabat mengantar untuk melihat situasi perkembangan daripada departemennya itu sendiri,” tutur politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu.
Demer menilai hal ini sebagai tantangan besar dan telah berusaha menyuarakannya selama hampir 10 tahun. Ia mengakui bahwa meskipun telah banyak berjuang, harapannya untuk mencapai pemerataan pembangunan masih belum sepenuhnya terpenuhi, terutama dalam mengatasi ketimpangan antara Bali Selatan, Bali Timur, dan Bali Utara. Demer berharap agar ke depannya ada upaya yang lebih konkret untuk memastikan bahwa pembangunan bisa merata di seluruh Bali.
“Karena ini selalu saya suarakan yang belum rasanya terpenuhi, ya hampir 10 tahun ini saya suarakan terus, tapi belum rupanya terpenuhi, melebihi dari 50 persen harapan saya. Sehingga masih ketimpangan ini terjadi antara Bali Selatan dan Bali Timur dan Bali Utara. Jadi saya berharap nantinya ini bisa benar-benar ditransfer,” pungkas Demer. (wid)