Denpasar, (Metrobali.com)

Perlu pendekatan baru dalam seleksi kepemimpinan Bali untuk lima tahun yang akan datang yang direncanakan dalam Pilkada Serentak 27 November 2024.

Hal itu dikatakan I Gde Sudibya, pengamat ekonomi pembangunan Bali dan kebudayaan Bali, Minggu 25 Februari 2024.

Menurutnya, dicari pemimpin Bali melalui pendekatan dari sisi tantangan (chalanging approah), berupa Agenda Penyelamatan Bali. Pemimpin yang telah merusak alam Bali, tak pantas lagi memimpin Bali.

Dikatakan, agenda Penyelamatan dalam beberapa matra: Alam, Manusia dan Kebudayaan.

Menurutnya, penyelamatan Alam, menyebut beberapa isu krusial strategis: Penyelamatan Alam dalam artian umum (gunung, danau, DAS, laut dan lingkungan pesisir).

“Pengendalian konversi lahan pertanian, untuk Penyelamatan Subak dan sistem penyangga kebudayaan yang melekat padanya,” katanya.

Dikatakan, pengaturan tata ruang yang bertanggungjawab, berbasis kebudayaan Bali, untuk menjamin sistem pengaturan ruang, berdimensi penyelamatan ruang, manusia dan kebudayaannya.

Menurutnya, penyelamatan manusia Bali, dari perspektif ekonomi (mampu menjadi tuan di rumahnya sendiri), dari perspektif kebudayaan (tidak terasing di rumah budayanya sendiri).

“Dari perspektif kebudayaan, mampu merawat peradaban dan kebudayaannya, dalam pertemuan dan persaingan budaya yang ketat. Tanpa kehilangan kecerdasan dalam merespons perubahan zaman,” katanya.

Dikatakan, dengan menyimak matra tantangan tersebut di atas yang berdimensi penyelamatan, publik dipersilahkan menakar: kapasitas, kompetensi, visi dengan menyimak rekam jejak dari kandidat yang sudah muncul ke publik.

“Tidak perlu Grasa- Grusu menyebut atau menentukan calon Gubernur Bali. Apalagi, dari kepemimpinan Wayan Koster banyak yang perlu dievaluasi, terutama menyangkut keputusan dan kebijakan publik yang sangat merusak lingkungan, “katanya.

Dikatakan, publik sudah tentu mengharapkan kandidat yang kompeten, hasil dari sistem meretokrasi yang disampaikan secara transparan. (Adi Putra)