Selasa 5 Juli 2022 Desa Adat Intaran kini kembali menyatakan perlawannya terhadap rencana pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove.

Denpasar, (Metrobali.com)

Tak tanggung-Tanggung, 7 Banjar Adat yang berada di pesisir Desa Adat Intaran mendirikan Baliho penolakan terhadap rencana pembangunan Terminal LNG di kawasan Mangrove.

I Made Sudha kelian Banjar Adat Betngandang menjelaskan jika pendirian Baliho ini merupakan lanjutan dari aksi-aksi sebelumnya yang dimana aksi pemasangan di 7 Banjar Adat merupakan simbol kebulatan tekad untuk menolak pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove. “Permintaan kami amatlah sederhana, jangan membangun Terminal LNG di kawasan Mangrove” tungkasnya.

Lebih lanjut menanggapi statemen DPRD yang menyebutkan jika akan mengkaji lokasi proyek pembangunan Terminal LNG Made Sudha juga menuturkan jika dari riset yang sebelumnya telah dipaparkan oleh KELAL Bali, Ftontier Bali dan WALHI Bali pada hearing di DPRD 21 Juni 2022 lalu, jelas disampaikan bahwa Tapak proyek Terminal LNG di kawasan Mangrove ada pada kawasan mangrove yang  vegetasinya padat dan rapat, serta pada tapak proyek juga terdapat Mangrove yang tingginya 5 meter hingga 10 meter yang dimana butuh waktu puluhan tahun untuk merawat mangrove setinggi itu.

“Kajian apa lagi? semestinya lakukan saja pembangunan Terminal LNG di Benoa, sesuai yang termuat dalam Perda RTRW Bali no 3 tahun 2020” ucapnya.

Dalam pendirian Baliho penolakan Terminal LNG di kawasan Mangrove tersebut dibarengi juga dengan tetabuhan Bleganjur di masing-masing  Banjar di Pesisir Desa Adat Intaran yang meliputi Banjar Batu Jimbar, Semawang, Sindhu Kaja, Sindhu Kelod, Betngandang, Blanjong, dan Tanjung. (RED-MB)