Keterangan Foto: Mira Bella Kertiyasa (10) antusias ikut lomba melukis style Batuan serangkaian BatuArt Festival, Rabu (25/12/2019).
Gianyar, (Metrobali.com)
Salah seorang cucu pengelingsir Puri Ubud Tjokorda Raka Kertiyasa atau yang akrab dipanggil Tjok Ibah, Mira Bella Kertiyasa (10), terlihat sangat bersemangat saat mengikuti lomba melukis style Batuan dalam rangka acara BatuArt Festival 2019 (Batuan Temple Cultural and Art Featival) untuk memperimgati hari jadi Desa Pakraman Batuan, Kecamatan Sukawati yang ke-997 tahun, Rabu (25/12/2019).
Mira terlihat mengenakan kaos bewarna merah dan kamen, ia terlihat sedang sibuk mengoleskan tinta pada lukisan pewayangan.Mira mengaku tertarik ikut karena kemauannya sendiri. “Ikut karena saya mau,” ungkapnya.
Sambil melukis, Mira mengatakan sudah belajar style Batuan sejak beberapa bulan terakhir. “Sudah 5 kali ikut latihan,” ujarnya. Ketertarikannya dengan lukisan Batuan bermula dari pertemananya dengan anak desa Batuan yang tinggal tak jauh dari salah satu Villa tempatnya menginap di kawasan Batuan. “Ada teman yang sering latihan setiap hari Minggu, saya tertarik,” terangnya.
Dari durasi waktu mulai pukul 09.00 Wita sampai pukul 11.00 Wita, turis cilik ini telah merampungkan hasil karyanya sekitar pukul 10.00 Wita. “Finish,” ujarnya saat ditanya oleh sejumlah juri. Ketertarikan turis ini melukis style Batuan, otomatis menarik turis asing lainnya yang ramai mengunjungi Pura Desa Batuan. Mira menyebutkan, bahwa ada keluarganya di Rusia dan di Ubud.
Sementara menurut Wakil Ketua Panitia I Kadek Karyana, festival ini berlangsung selama tiga hari sejak Selasa (24/12/2019) hingga Kamis (26/12/2019). Diawali dengan kegiatan pameran seni kerajinan, pameran bonsai, jalan santai, donor darah, dan pembukaan lomba topeng melampahan Nangluk Merana. Terkait lomba melukis style Batuan, digelar sebagai ajang pelestarian seni budaya Batuan pada generasi muda.
“Melukis adalah satu seni diantara beragam seni yang berkembang di Desa Batuan. Menyasar kalangan anak-anak agar mereka mencintai seni sejak usia dini,” jelasnya.
Antusias anak-anak mengikuti lomba pun cukup tinggi, dilihat dari jumlah peserta yang mencapai 100 anak-anak. Ditambahkan, menuju hari jadi Desa Pakraman Batuan ke 1.000 pada Tahun 2022 mendatang, pihaknya berencana menggelar workshop tari, topeng, genggong dan gambuh yang dilanjutkan dengan pagelaran seni di siang hari. Hal ini mengingat, Pura Desa Batuan selama ini ramai dikunjungi wisatawan. Sehingga, pagelaran seni akan menjadi nilai tambah tersendiri.
“Audien yang kita inginkan sudah datang kesini, tapi karena keterbatasan waktu rencana itu diundur pas gong-nya nanti saat Desa Batuan genap berusia 1.000 tahun,” ujarnya.
Sebelum rencana tersebut terwujud, panitia mengisi festival dengan lomba topeng melampahan Nangluk Merana yang memperebutkan piala Bupati Gianyar. Lomba serupa, pernah digelar tahun 2013.
“Baru setelah 6 tahun lomba topeng ini bisa kembali kami gelar, atas dorongan dari para maestro maupun peserta lomba yang ingin unjuk diri,” jelasnya.
Diungkapkan, lomba topeng ini menarik minat para penari topeng seluruh Bali. Namun karena keterbatasan waktu, jumlah peserta yang diterima hanya 24 orang. Setiap peserta diberikan durasi waktu 24 menit memerankan 3 karakter yakni Topeng Keras, Penasar dan Dalem Arsa Wijaya. “Kali ini yang dinilai tidak saja panglembar atau gerak tari, tai juga vocal. Karena dua hal ini erat kaitannya dengan tari Topeng,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Baturulangun I Ketut Sadia selaku tim penilai mengatakan kriteria lomba terdiri dari Pepatran dan Pewayangan. Pepatran atau melukis motif dilombakan untuk peserta kelas 3 dan 4 SD, sedangkan melukis pewayangan untuk kelas 5 dan 6 SD.
“Kami fasilitasi kertas yang sudah ada sketsanya. Peserta mulai lomba dengan teknik sigra atau penegasan, pengisian tinta hitam,” jelasnya.
Kriteria penilaian terkait teknik melukis style Batuan. “Kalau peserta bisa sampai ngucek, itu ada nilai plusnya,” jelasnya.
Terkait turis Mira Bella, diakui sudah bergabung ikut latihan melukis style Batuan sejak 2 bulan terakhir. “Dia rutin ikut setiap hari Minggu. Begitu dia dengar ada lomba, dia paling antusias bilang ikut,” ungkapnya.
Ke depan, pihaknya berharap seni lukis yang diwarisi secara turun temurun agar tetap lestari sepanjang masa. Terlebih saat ini, lukisan style Batuan telah masuk sebagai warisan budaya tak benda dari Unesco serta baru-baru ini tanggal 5 Desember 2019 Perkumpulan Baturulangun mendapatkan penghargaan Kerthi Bhuwana Sandhi Nugraha dari Gubernur Bali atas dedikasinya melestarikan lukisan Batuan.(cat)