Ilustrasi

 

Denpasar, (Metrobali.com)

Pers sampai saat sekaramg masih menjadi harapan masyarakat dalam menegakkan sistem demokrasi di Indonesia. Namun, dalam perjalanan sejarah sampai dengan jaman kemajuan teknologi pers menghadapi berbagai tantangan.

Menurut Pengamat Kebijakan Publik dan ekomom Jro Gde Sudibya, Jumat 20 Oktober 2023 berbagai tantangan dihadapi dalam Menjaga dan Merawat Pers sebagai Pilar Keempat Demokrasi.

Dikatakan, pers mestinya memegang teguh tanggung jawab profesionalisme berdasarkan Etika Jurnalistik yang “disucikan”-sacred code of conduct-. Namun, kenyataannya banyak media justru banyak yang melacurkan “idealismeny” karena berbagai tuntutan agar para wartawan dan media bisa hidup.

Menurutnya, mewakili kepentingan publik berdasarkan butir satu, sebagai “anjing penjaga” watch dog terhadap kecendrungan kekuasaan yang korup -power tend to corrupt-. Bagaimana pers bisa mengontrol anggaran daerah. Inilah tantangan yang paling berat di tengah sistem politik saat ini.

Menurut Jro Gde Sudibya, intelektual, pengamat sosial kultural, bahwa kelemahan Pers sebagai pilar ke empat demokrasi, “kerusakan” sosialnya sangat nyata, seperti: korupsi menjadi “budaya”, kerusakan dashyat alam dan lingkungan akibat pembangunan yang salah arah plus sarat KKN, ketidakadilan ekonomi dan keterpinggiran budaya.

“Marwah, kewibaan dan “taksu” pers yang harus dijaga, kebanggaan profesi yang mesti dirawat, sehingga tidak terjerembab ke lembah “kehinaan”, sebatas “humas” kekuasaan, instrument “pembenar” kebijakan publik yang sarat kontroversi, berkontribusi dalam membangun citra palsu, yang “jauh panggang dengan api” dengan fakta realitas,” ungkap Jro Gde Sudibya, intelektual, pengamat sosial kultural. (Adi Putra)