Tantangan Badan Pengelola Besakih, Menjadikan Besakih LAND MARK Hindu Nusantara, Jangan Keindia-Indian
Pura Besakih
Denpasar, (Metrobali.com)-
Sudah tentu Kita bersepakat, Besakih dikelola secara lebih baik dengan mengikuti kaidah: kepemimpinan, manajemen organisasi dan pelayanan.
“Jangan orientasi kitab bias Ke India-Indian, “inward looking” melihat ke dalam, tetapi tetap punya keluasan cakwawala pemikiran. Karena sejarah membuktikan, negara bangsa yang menggunakan “kaca mata kuda”, cendrung menolak perubahan akan “ditelan” zaman,’ kata Jro Gde Sudibya, salah seorang pendiri dan sekretaris Kuturan Dharma Budaya, lembaga sosialisasi pemikiran dan keteladanan Mpu Kuturan Raja Kertha.
Jro Gde Sudibya menanggapi keinginan sekelompok orang agar Pura Besakih meniru cara pengelolaan kuil di India, itu tidak perlu ditiru. Biarkan dalam mengelola Besakih dengan meniru LAND MARK Hindu Nusantara.
Menurut Sudibya dalam mengelola Pura Besakih tetap berangkat dari sistem keyakinan yang telah mentradisi lebih dari 1.000 tahun, tempat suci “Uluning Jagat Bali”, ngewangun yasa kerthi, newa sraya, metirtha yatra, manut Desa, Kala, Patra.
“Dijaga dirawat kesucian Besakih, manut Purana Besakih dan sastra yang lahir kemudian, yang inti pokoknya “sesuduk kayun” nya menjaga kesucian “jejer kemiri pura ring sawewengkon Basukhian”,” katanya.
Dikatakan, tantangan ke kinian dan di masa depan untuk merawat Besakih, melakukan kodifikasi upakara secara pelan-pelan dan hati-hati, melibatkan Wiku Tapini dan Serati Banten yang mumpuni, punya pengalaman panjang, dan tidak diragukan kesuciannya.
“Secara bertahap dilakukan pembenahan administrasi keuangan, untuk penyelenggaraan upakara, dengan sistem pertanggungan jawab yang semakin lebih baik,” katanya.
Menurutnya, perlu pembenahan di Badan Pengelola. Di sini perlu melakukan komunikasi intens, sebut saja ke seluruh stake holders yang ada: peduluan “krama pemaksan sane ngaci pura ring sawewengkon Besakih”, Bendesa Adat Besakih, Pemda Provinsi Bali, pemda kabupaten dan kodya yang berkewajiban “ngaci” piodalan di masing-masing Pura dan berbagai pihak lainnya yang dinilai penting.
Dikatakan, Badan Pengelola menyusun rencana tindakan yang berkaitan dengan: kenyamanan pemedek, pengelolaan limbah berkelanjutan untuk menjamin kebersihan dan keasrian, penataan toko suvenir dan sejenisnya.
Jro Gde Sudibya, salah seorang pendiri dan sekretaris Kuturan Dharma Budaya, lembaga sosialisasi pemikiran dan keteladanan Mpu Kuturan Raja Kertha menambahkan, kinerja Badan Pengelola yang diharapkan “kinclong”, sehingga membuat Besakih ke depan menjadi LAND MARK bagi Hindu Nusantara.
“Mengespresikan realitas spiritual yang membumi menjadi peradaban, kebudayaan. Agama Hindu yang “tersemai” dari “authentic local genious”Bali, sangat diperkaya oleh kedatangan Rsi Markandya dari Bharatwarsha (nama otentik India), mendem “Panca Datu” ring Besakih, menjadi Besakih yang kita kenal sekarang,” kata Gde Sudibya. (Adi Putra).