Denpasar, (Metrobali.com)-

Dalam tradisi maritim di Bumi Nusanara ini, dikenal ungkapan: “Sekali Melempar Sauh, Pantang Kembali ke Daratan”, semoga “cultural wisdom” ini meninspirasi Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo.

Hal itu dikatakan I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi politik dan kecenderungan masa depan, Rabu 23 Oktober 2024.

Dikatakan, moenyimak kerasnya kompetisi politik di Pilpres 14 Februari 2024, tidak ada masa “bulan madu” bersama rakyat, kabinet ini seharusnya “tancap gas” untuk membayar janji-janji kampanyenya.

Menurutnya, tantangan 100 hari Pemerintahan Prabowo, pertama, koordinasi dalam kabinet yang “tambun” dengan jumlah menteri dan Wakil menteri 109 orang harus segera dilakukan, sehingga segera “tancap gas” dalam menjalankan program-programnya.

“:Presiden Prabowo semestinya mengawasi dengan ketat, kemungkinan anggota kabinetnya bermain “mata” secara politik, dalam Pilkada Serentak 27 November 2024, dengan melanggar aturan dan juga etika publik,” kata I Gde Sudibya.

Dicontohkan, kegagalan dalam melakukan koordinasi kabinet dan juga kemungkinan penyimpangan dalam Pilkada Serentak, membuka kemungkinan reshuffle kabinet beberapa hari setelah 100 hari pertama pemerintahannya.

Kedua, lanjut I Gde Sudibya menyusun skala prioritas dalam menghadapi tekanan anggaran di tahun 2025 dan tahun berikutnya, terutama berkaitan dengan upaya menaikkan tax ratio 9 persen ke tingkat minimal sama dengan di era Orde Baru, 11 persen.

Ketiga, menyiapkan secara serius program kampanye makan siang gratis yang ditunggu publik, dengan anggaran terbatas yang telah ada, dan dibebaskan dari kemungkinan moral hazard.

Keempat, menyiapkan program solusi dari fenomena ekonomi deflasi 5 bulan berturut-turut yang menggambarkan merosotnya daya beli masyarakat, berbarengan dengan berkurangnya jumlah kelas menengah 10 juta orang dalam 5 tahun terakhir.

Kelima, memberikan signal ke publik, pemerintahan ini semakin terbebas dari cengkeram para oligarki, sehingga publik semakin percaya akan kemampuan kabinet Merah Putih ini mampu menunaikan janji-janji kampanyenya yang sarat muatan idealisme sosialistik.

Keenam, dalam geo politik yang fragile, dengan bayang-bayang risiko terjadinya Perang nuklir, dengan casus belli bisa terjadi di: Timur Tengah, Ukraina, Semenanjung Korea, Selat Taiwan dan juga Laut China Selatan, bagaimana Presiden Prabowo menampilkan posture politik luar negeri, sebagai penjabaran politik bebas aktif plus menjalankan amanat konstitusi. (Sutiawan)