Keterangan foto: Pemerhati olahraga Ida Bagus Bima Putra yang juga bakal caleg DPRD Bali dapil Denpasar dari Partai NasDem.

Denpasar (Metrobali.com)-

Tokoh masyarakat Bali yang juga pemerhati olahraga Ida Bagus Bima Putra kecewa dan menyayangkan peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang jatuh pada Minggu, 9 September 2018 di Bali tampak tanpa gaung. Tidak ada kegiatan yang berarti untuk menyambut tanggal penting dalam tonggak sejarah keolahragaan di tanah air ini.

“Peringatan Hari Olahraga Nasional di Bali tanpa gaung berarti. Seolah-olah seperti sekarat. Padahal kita baru saja meraih prestasi medali di ajang Asian Games 2018,” kata tokoh yang akrab disapa Gus Bima itu di Denpasar, Selasa (11/9/2018).

Jika mengulik ke belakang, cikal bakal Hari Olahraga Nasional berawal dari perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Solo yang dibuka pada 9 September 1948 oleh Presiden Soekarno. Kemudian dan menjadi momentum sejarah perolahragaan Indonesia itu diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional (Haornas).

“Bung Karno mengatakan jasmerah. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Ini artinya setiap peringatan hari bersejarah untuk bangsa kita papun bentuknya termasuk Hari Olahraga Nasional, harus kita maknai sebagai sebuah refleksi penghargaan memetik pelajaran masa lalu. Dilanjutkan kesiapan mantap menjalani masa kini. Juga ancang-ancang untuk menatap masa depan,” ujar Gus Bima yang juga bakal caleg DPRD Bali dapil Denpasar dari Partai NasDem.

Dalam konteks itu maka peringatan Hari Olahraga Nasional harus menjadi momentum untuk terus meningkatkan prestasi di bidang olahraga. Apalagi Indonesia baru saja sukses menjadi tuan rumah Asian Games dan duduk di posisi keempat dalam raihan medali emas.

Kontingen tuan rumah berhasilmembawa pulang 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Tim Merah Putih mengungguli negara-negara Asia Tenggara lainnya yang ambil bagian di Asian Games 2018 sehingga dijuluki “Raja Medali Asia Tenggara.”

Untuk itu Gus Bima berharap, ke depanya peringatan Hari Olahraga Nasional juga bisa semakin semarak dengan berbagai kegiatan mulai dari tingkat tingkat lembaga pendidikan hingga di masyarakat. Bahkan semaraknya harus sampai di tingkat banjar.

Jangan peringatan Hari Olahraga Nasional ini jangan sekadar seremonial apel belaka. Tapi harus ada kegiatan riil menunjukkan aktivitas keolahragaan atau kegiatan kreatif lainnya secara massal dan berbasis komunitas misalnya di banjar-banjar. Bahkan Gus Bima berharap semaraknya bisa menyerupai peringatan HUT Kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus.

“Pemasyarakatan olahraga harus menjadi gerakan yang masif. Dan momen peringatan Hari Olahraga Nasional harusnya memperkuat gaung aktivitas keolahragaan di Bali dan juga gerakan mengajak masyarakat untuk hidup sehat lewat olahraga,” ujar pria yang juga Ketua Forum Sekar itu.

Yang penting pula pemerintah harus membuat sarana dan prasarana olah raga yg bersekala dan berstandar internasional di Bali. Hal ini selain untuk mendukung peningkatan prestasi altet juga bisa menjadikan Bali tuan rumah event-event olahraga tingkat internasional. Misalnya kedepannya ketika Indonesia menjadi tuan SEA Games atau bahkan Olimpiade tahun 2032, Bali bisa menjadi salah satu venuenya.

“Tidak seperti saat Asian Games 2018 lalu yang hanya berlangsung di Jakarta dan Palembang. Sedangkan Bali hanya jadi penonton karena tidak ada fasilitas olahraga standar internasional,”tegasnya.

Gus Bima juga bercita-cita bahwa rasa nasionalisme sebagai anak bangsa semakin tumbuh tinggi dengan adanya event-event olahraga skala internasional, maupun lokal. Termasuk dalam hal peringatan Hari Olahraga Nasional.

“Olahraga harus menjadi wahana kita memperkuat kebangsaan, nasionalisme. Selain menjadi sarana untuk mencetak prestasi dan mengarumkan nama bangsa,” tegas Ketua Forum Kades/Lurah Kota Denpasar periode 2011-2016 itu.

Di sisi lain ia juga mengapresiasi raihan prestasi lima atlet Bali yang sukses menyumbangkan empat medali. Mereka yakni Ayu Sidan Wilantari dan Ni Made Dwiyanti  meraih medali emas dari nomor seni ganda putri di cabang pencak silat.  Pesilat muda Komang Harik Adi Putra juga berhasil meraih medali emas dari cabang pencak silat nomor tarung putra kelas E 65-70kg.

Berikutnya ada nama Cokorda Istri Agung Sanistyarani yang menyumbangkan medali perunggu dari cabang karate. Terakhir Sanggoe Dharma Tanjung membawa pulang medali perak dari cabang skateboard. Ia juga atlet Indonesia termuda (16 tahun) di ajang olahraga bergengsi Asian Games 2018.

“Semoga ke depan lebih banyak lahir atlet muda berprestasi. Karena ini pembinaan atlet sejak usia dini harus gencar. Regenerasi harus terus berjalan. Jangan sampai kita kehabisan atlet yang bagus dan kekeringan prestasi di tingkat internasional,” pungkas pria yang sejak dulu mengikuti sejarah perkembangan keolahragaan di Bali itu.

 Pewarta: Widana Daud

Editor     : Whraspati Radha