Foto: Ketua DPW PSI Provinsi Bali I Nengah Yasa Adi Susanto (kiri) menanggapi pernyataan advokat yang dijuluki Panglima Hukum Togar Situmorang (kanan).

Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali I Nengah Yasa Adi Susanto angkat bicara dengan tudingan dan kecaman yang disampaikan advokat Togar Situmorang terhadap pidato Ketua Umum PSI Giri Ganesha dalam peringatan puncak HUT ke-7 PSIO di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta 22 Desember.

Dalam pemberitaan di media online Bali Netizen, Togar Situmorang menyebut Ketum PSI Giring Ganesha sebagai politisi yang tidak punya etika dan bukan politisi intelektual dengan menyatakan bahwa masa depan Indonesia suram apabila Presiden yang terpilih kedepan adalah sosok pembohong yang pernah dipecat dalam pemerintahan. Bahkan Togar Situmorang menyentil dan menyindir PSI dengan menyebut jangan-jangan masa depan PSI yang suram.

Atas serangan yang disampaikan Togar Situmorang kepada Ketum PSI, Adi Susanto menyampaikan jawabannya di Instragram pribadinya @inengahadisusanto.

“Pernyataan Togar Situmorang yang katanya seorang Panglima Hukum menandakan bahwa dia tidak paham substansi dari pidato Ketum @psi_id bro @giring pada tanggal 22 Desember lalu dihadapan Presiden Jokowi,” tulis Adi Susanto di Instagram pribadinya dalam postingan tanggal 30 Desember 2021.

Lebih lanjut Adi Susanto menuliskan “Ini menandakan juga bahwa @situmorang.togar setuju dan mengamini Indonesia kedepannya boleh dipimpin oleh seorang Presiden yang selalu memainkan isu sara, agama dan RAS demi memenangkan pertarungan politik, setuju kalau Presiden itu boleh seorang Pembohong dan setuju juga kalau seorang Presiden yang punya rekam jejak kinerja buruk hingga harus dipecat oleh pimpinannya.”

Adi Susanto bahkan berharap bisa berdikusi lebih lanjut dengan Togar Situmorang. “Mungkin suatu saat kita bisa berdiskusi dg Bang Togar yang telah memperoleh banyak penghargaan sebagai Panglima Hukum ini. Ditunggu undangannya Bang,” tulis Adi Susanto mengakhiri postingannya.

Sementara itu saat dimintai tanggapan oleh media dan diwawancarai via telepon, Adi Susanto meminta Togar Situmorang dan orang-orang yang mengkritisi pidato Ketum PSI jangancepat  baper atau baw perasaan. “Orang-orang yang mengkritisi dan baperan terhadap pernyataan Ketua Umum PSI Bro Giring Ganesha merupakan orang yang tidak paham terkait isu instansi yang disampaikan di hadapan Presiden Jokowi pada tanggal 22 Desember lalu,” kata Adi Susanto saat dihubungi Jumat (31/12/2021).

“Sebenarnya kuncinya hanya satu aja, silahkan bantah pernyataan itu. Kalau dia membantah berarti orang-orang yang membantah atau membuat statement bernada hinaan kepada Ketua Umum kami berarti dia menyetujui bahwa kelak Indonesia boleh dipimpin oleh orang-orang yang tipikalnya pembohong, tidak punya kompetensi sehingga harus dipecat oleh atasannya karena tidak becus bekerja, memainkan isu sara, agama, dan kepentingan golongan tertentu untuk mencapai cita-cita politiknya,” jelas Adi Susanto yang senada dengan postingannya di Instragram menjawab kecaman Togar Situmorang.

Politisi asal Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem ini lantas menegaskan apa yang disampaikan Ketum PSI dalam pidatonya hanya menyebutkan kriteria seorang pemimpin Indonesia ke depannya yang mengacu kepada tiga kriteria utama yakni bukan pembohong, tidak memainkan isu sara dan punya rekam jejak atau track record yang bagus.

“Jadi simple aja karena Ketua Umum kami tidak menyebutkan Anies Baswedan atau siapapun. Yang disampaikan itu adalah kriteria seorang pemimpin ke depan. Satu, jangan sampai seorang pembohong. Yang kedua jangan yang memainkan isu sara, agama dan politisi agama. Dan yang ketiga harus mempunyai track record yang bagus, bukan yang setelah diberikan kesempatan menjadi menteri atau yang lainnya tapi tidak becus yang akhirnya dipecat. Kalau yang begitu jadi pemimpin kan ngeri kita. Jadi apanya yang salah,” papar Adi Susanto.

Ia pun kembali menyingung soal pernyataan Togar Situmorang yang baginya hanya mencari sensasi dan pecitraan saja. “Saya sampaian stetmen saya di IG dan saya tag Togar. Harapan saya kepada Bang Togar jangan jauh-jauh berkomentar terkait hal yang ada di pusat, di daerah saja. Jangan-jangan hanya karena pencitraan saja, karena tidak ada bahan membuat konten. Itu kami sayangkan. Kalau orang yang terdidik justru stetmennya seperti itu, padahal kita tidak menyebutkan secara spesifik nama siapa,” tuturnya.

“Kalo dia (Togar Situmorang) tidak setuju dengan pernyataan Ketua Umum PSI Giring Ganesha berarti dia setuju bahwa kelak pemimpin itu boleh seorang pembohong, boleh juga seorang yang memainkan isu sara, boleh juga seorang yang tidak becus bekerja. Kan begitu akhirnya. Masak setuju pemimpin pembohong, boleh mainkan isu saja dan tidak becus bekerja?,” pungkas Adi Susanto.

Sebelumnya dalam pemberitaan di Bali Netizen Togar Situmorang menilai pidato Ketum PSI mencerminkan bukan sebagai cara politikus intelektual dan tidak akademis dan membuktikan bahwa ketidaksanggupan partai tersebut menelorkan gagasan dan ide serta konsep partai menuju untuk mensejahterakan rakyat.

“Sehingga banyak pertanyaan apa ada kemampuan Ketum PSI tersebut dalam menjalankan roda partai dan sangat berbeda dengan era kepemimpinan Grace Natalie yang mempunyai reputasi sebagai tokoh yang sangat intelek serta sangat santun tanpa harus menyerang pribadi orang lain dalam setiap pidato dimuka umum,” kata Togar Situmorang yang dijuluki Panglima Hukum itu.

“Apalagi konteks orang yang dikatakan pembohong tersebut secara sadar diucapkan dalam HUT ke 7 Partai PSI bisa dikatakan itu sangat kasar untuk diucapkan didepan umum dimana ada Kepala Negara Joko Widodo sehingga membuat gaduh menyebabkan muncul pro kontra dalam banyak pikiran publik terkait pidato atau malah mau cari muka didepan pemimpin hebat negeri kita pak Joko Widodo,” imbuhnya.

Ia menegaskan apa yang dilakukan Ketum PSI Giring Ganesha menunjukan bahwa wawasan politik yang kurang tanpa intelektual dan memperlihatkan dalam HUT ke 7 tersebut partai tanpa gagasan dan ide yang ada adalah partai tersebut akan hancur tanpa reputasi karena dianggap sebagai partai penebar kebencian dan secara kolektif akan membuat publik tidak percaya partai tersebut sebagai partai segudang prestasi dan ide yang berisi anak muda cerdas santun tegas juga intelektual karena telah merusak reputasi politik juga konsolidasi publik hanya partai yang hanya mencari atau banyak orientasi mencari simpatisan tanpa mempertimbangkan kualitas dalam memperoleh simpatisan tersebut.

“PSI dalam hal memilih Ketum PSI saat ini berharap mendapatkan representatif anak muda dan membuktikan bahwa anak muda bisa berpolitik dan mampu menjaring suara anak muda namun ternyata strategi tersebut tidak efektif karena masih banyak hal lain yang belum dipunyai Ketum Partai PSI saat ini untuk membangun branding politik yang anti mainstream atau tidak serta ketidakmampuan membangun komunikasi politik yang baik. Jangan sampai karena Ketumnya ngawur malah masa depan PSI yang akan suram,” tutup Togar Situmorang. (wid)