Foto: Tokoh Puri Peguyangan Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Widiada (kanan) usai secara simbolis menyerahkan bantuan beras kepada Bendesa Adat Peguyangan Selasa (14/4/2020) di Posko Satgas Gotong Royong Pencegahan Covid-19 Desa Adat Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Tokoh Puri Peguyangan Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Widiada tergerak untuk membantu masyarakat Denpasar yang terdampak virus Corona atau Covid-19 dengan memberikan bantuan sembako berapa satu ton (1.000 kilogram) beras.

Bantuan ini diserahkan kepada Bendesa Adat Peguyangan I Ketut Sutama, Selasa (14/4/2020) di Posko Satgas Gotong Royong Pencegahan Covid-19 Desa Adat Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Selanjutnya oleh Bendesa Adat dan Tim Satgas Gotong Royong, bantuan beras ini akan disalurkan kepada warga yang membutuhkan sesuai dengan data yang saat ini sedang disiapkan dan dikoordinasikan dengan pihak desa dinas setempat.

“Bantuan sembako ini sebagai bentuk kepedulian Puri Peguyangan di tengah wabah Covid-19. Semoga bisa meringankan beban masyarakat,” kata tokoh/panglingsir Puri Peguyangan Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Widiada usai menyerahkan bantuan.

Tokoh puri yang akrab disapa Gung Widiada yang juga Anggota DPRD Kota Denpasar menambah secara turun temurun Puri Peguyangan dan Desa Adat Peguyangan mempunyai ikatan kultural dan historis.

Puri Peguyangan juga menjadi semacam pengayom bagi krama desa adat yang terdiri atas 22 banjar adat ini. Misalnya juga dengan aktif ikut mengelola dan mendukung kegiatan di Pura Desa di Desa Adat Peguyangan.

“Desa Adat Peguyangan ini desa tua dan cukup besar, ada 22 banjar adat. Dalam sikapi situasi wabah Corona ini desa adat tidak punya modal finansial yang kuat. Karenanya kita harus bahu membantu bersama membantu,” ujar Gung Widiada.

Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar ini mengakui desa adat memang rutin mendapatkan bantuan hibah dari Pemerintah Provinsi Bali yang tahun ini besarannya Rp 300 juta. Lalu ada juga bantuan hibah dari Pemerintah Kota Denpasar sebesar Rp 100 juta per tahun.

Di tengah situasi perang melawan virus Corona ini, bantuan hibah desa adat tersebut bisa digunakan untuk mendukung upaya penanggulangan dampak virus ini. Misalnya untuk pengadaan sembako maupun saran pencegahan virus ini.

“Namun tentu anggaran itu belum cukup makanya harus ada bantuan dari pihak lain, dari tokoh-tokoh, pengusaha dan elemen masyarakat lainnya,” imbuh Gung Widiada.

Kondisi itu jugalah yang mendorong Gung Widiada memberikan bantuan sembako berupa beras sebanyak satu ton kepada Desa Adat Peguyangan ini. Sebab memang saat ini sembako sangat dibutuhkan masyarakat.

“Saya sebagai tokoh puri memberikan dukungan atas keprihatinan kita bersama melawan virus Corona ini. Bantuan sembako ini walau tidak besar semoga ada manfaatnya. Mari kita support bersama tugas berat ini,” tutup Gung Widiada.

Bendesa Adat Peguyangan I Ketut Sutama mengapresiasi adanya bantuan sembako ini dari Puri Peguyangan ini. “Terima kasih tokoh Puri Peguyangan ikut berpartisipasi saling bahu. membahu membantu. Tokoh-tokoh memulai jadi motivasi supaya diikuti elemen masyarakat yang lain,” ujar Sutama.

Pihaknya mengungkapkan bantuan sembako ini segera disalurkan kepada warga yang paling membutuhkan seperti warga kurang maupun maupun para pekerja informal yang sangat terdampak virus Corona ini .

Namun hal itu tentu dilakukan setelah adanya data valid dan koordinasi dengan pihak desa dinas setempat dan instansi terkait lainnya. “Masih sedang didata, semoga segera bisa rampung sehingga bantuan segera kami berikan ke warga yang paling membutuhkan,” kata Sutama.

Pihaknya pun mengaku bantuan akan disalurkan secara adil dan merata bagi warga yang berhak tanpa juga membedakan antara krama asli dari Desa Peguyangan maupun penduduk pendatang (Krama tamiu) sepanjang memang berdomisili di Peguyangan dan ber-KTP Denpasar (Peguyangan).

Pihaknya pun di desa adat juga menyiapkan anggaran penanggulangan pandemi Covid-19 ini yang diambilkan dana dari hibah desa adat yang diberikan Pemerintah Provinsi Bali. “Dari dana bantuan desa adat yang Rp 300 juta maksimal kami alokasikan Rp 150 juga penanggulangan Covid-19. Kami juga didukung bantuan dana dari LPD Peguyangan,” terang Sutama.

Di sisi lain, disepakati juga adanya penundaan pelaksanaan Karya Yadnya Pedudusan Agung Karya Balik Sumpah di Desa Adat Peguyangan mengingat kondisi saat ini yang belum memungkinkan Karya ini digelar. “Rencana Kaya digelar Juli tapi kami sepakati ditunda sampai dengan situasi kembali norma atau memungkinkan Karya digelar,” tutup Sutama.

Sementara itu dalam kesempatan ini, Kepala LPD Desa Adat Peguyangan Wayan Darmita juga menyerahkan banyak dana untuk membantu penanggulangan Covid-19 di desa adat ini. Secara keseluruhan dana yang diberikan mencapai Rp 150 juta.

“Ini ibaratnya CSR dan dari dana masyarakat kami sisihkan. Sebenarnya awalnya ini dana untuk membantu Karya Yadnya di Desa Adat tapi kami alihkan ke penanganan Covid-19. Semoga ini bisa digunakan dengan baik,” pungkasnya.

Desa Adat Peguyangan sendiri mempunyai krama desa adat sebanyak 1.800 KK belum lagi ditambah penduduk pendatang (krama tamiu) yang juga cukup banyak. Desa Adat Peguyangan ini terdiri atas 22 banjar adat dan dua desa dinas yakni Desa Peguyangan Kaja dan Kelurahan Peguyangan. (dan)